MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Sabtu, 07 Desember 2019

Khusyuk

Khusyuk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penuh penyerahan dan kebulatan hati; sunguh-sungguh; penuh kerendahan hati. Secara bahasa, kata khusyuk memiliki beberapa arti yang sama, Pertama, tunduk, pasrah, merendah atau diam, Kedua, rendah perlahan, biasanya digunakan untuk suara, dan Ketiga, diam, tak bergerak. Sedangkan menurut istilah adalah kelembutan hati, ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani, serta kepasrahan dihadapan ilahi yang dapat melenyapkan keangkuhan, kesombongan dan sikap tinggi hati.
Khusyuk merupakan sebuah keharusan di dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt dan juga dalam kehidupan sehari-hari selama 24 jam. Khusyuk adalah ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Orang yang mampu khusyuk di dalam aktivitas kehidupannya akan merasakan kebahagiaan. Sebab, ibadah itu tidak melulu salat, dzikir, puasa, haji, zakat, sedekah dan sebagainya. Ibadah itu menyangkut semua yang dilakukan manusia selama 24 jam dalam se hari semalam. Mulai dari ia bangun tidur sampai tidur lagi. Ketika aktivitas itu diniatkan untuk Allah Swt maka ia akan bernilai sebagai ibadah. Segala usaha yang dijalankan sehari-hari untuk menghidupi dirinya dan keluarga merupakan ibadah. Apapun bentuk dari usaha itu, selama itu halal dan tidak melanggar syariat agama. Untuk itu, selama 24 jam hatinya harus khusyuk di dalam menjalankan aktivitas itu, agar semua yang dilakukannya mendapatkan nilai ibadah dan memberikan ketenangan serta kebahagiaan di dalam hidupnya. Allah Swt menyatakan bahwa khusyuk merupakan salah satu dari ciri orang yang beriman. Allah menyatakan bahwa sebuah keberuntungan bagi orang-orang yang beriman yang mampu melaksanakan salat secara khusyuk.
Qs. Al Mu’minun (23): 1-2
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya.”
Dalam ayat itu, Allah Swt sangat jelas menyatakan bahwa orang yang beriman itu harus khusyuk salatnya. Khusyuk merupakan sebuah keharusan di dalam mengerjakan salat. Sebab, salat yang tidak khusyuk berarti salatnya bisa tidak diterima oleh Allah Swt. Umat Islam disuruh untuk memelihara semua salatnya. Baik salat yang telah diwajibkan (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya) se hari semalam, maupun salat-salat sunah. Memelihara salat itu dilakukan dengan melaksanakannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. selain itu, menjaga kualitas salat itu agar terap khusyuk hanya kepada Allah Swt.
Qs. Al Baqarah (2): 238
حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ ٢٣٨
Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.”
Di ayat lain Allah menyatakan bahwa untuk mencapai kekhusyukan itu merupakan sesuatu yang berat (sulit). Diperlukan kesabaran dan salat secara terus-menerus untuk mendapatkan khusyuk itu. Akan tetapi Allah Swt memberikan jalan mencapai kekhusyukan itu, yakni berupa keyakinan akan bertemu dengan-Nya. Salat merupakan ibadah yang sangat dekat dengan Allah Swt. Ketika seseorang salat, seolah-olah ia telah ‘bercakap-cakap’ dengan Allah. Ia merasa tidak ada batas antara dirinya dengan Allah. Ketika ia sujud di dalam salat itu, ia merasa rendah dan tidak memiliki apa-apa lagi. Ia menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah. Disitulah muncul keyakinan dalam dirinya bahwa ia telah ‘bersama’ dengan Allah. Hatinya menjadi khusyuk, hanya tertuju kepada-Nya.
Qs. (Al Baqarah (2): 45-46
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ٤٦
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Di dalam dirinya, ia sangat yakin bahwa Allah Swt sangat dekat. Allah menyatakan Dia lebih dekat dari urat leher manusia. Allah mengetahui apapun ucapkan manusia, bahkan lebih dari itu, yaitu apapun yang dibisikkan oleh hati manusia itu. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat dirahasiakan oleh manusia itu di hadapan Allah Swt. Selama 24 jam dua orang malaikat selalu mengawasinya setiap hari tanpa henti. Catatan itu tidak akan pernah keliru apalagi salah. Catatan itu kelak akan di buka pada hari kiamat. Ketika manusia dituntut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sewaktu di dunia. Amal baik akan menghantarkannya memasuki surga, sedangkan amal buruk akan menghantarkannya ke neraka. Selain itu, leher juga merupakan simbol dari kematian. Artinya, kematian itu sangat dekat dengan diri manusia. Setiap saat bisa saja Allah mencabut nyawa seseorang. Karena itu, kedekatan Allah Swt dengan hambanya merupakan sesuatu yang mutlak. Manusia tidak akan bisa menghindarinya dimanapun ia berada.
Qs. Qaf (50): 16-19
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُۥۖ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِيدِ ١٦
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
إِذۡ يَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلۡيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٞ ١٧
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ ١٨
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
وَجَآءَتۡ سَكۡرَةُ ٱلۡمَوۡتِ بِٱلۡحَقِّۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنۡهُ تَحِيدُ ١٩
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”
Dalam (Qs. AL Baqarah (2): 46), disebutkan bahwa syarat untuk mencapai kekhusyukan di dalam menjalankan salat dan ibadah lainnya di dalam hidup ini adalah dengan meyakini bahwa kita akan berjumpa dengan-Nya dan kita juga akan kembali kepada-Nya. Dua hal ini merupakan sebuah syarat mutlak bagi siapapun yang menginginkan kekhusyukan di dalam menjalankan ibadah apapun yang dilakukannya. Setiap manusia harus bisa menyadari posisinya di dunia ini. Tidak ada manusia yang bisa hidup abadi selama di dunia. Semua manusia akan merasakan kematian dalam hidupnya. Kematian itu bisa datang kapan saja dan di mana saja manusia berada. Allah Swt menyatakan bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Allah menyatakan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
Qs. Ali ‘Imran (3): 185
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Di ayat lain juga disebutkan bahwa kematian itu pasti akan datang. Dimanapun ia berada, walaupun di dalam benteng yang tinggi dan sangat kokoh pun kematian itu pasti akan datang menghampirinya.
Qs. An Nisa (4): 78
أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ وَإِن تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثٗا ٧٨
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)." Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?.”
Di ayat lain juga disebutkan bahwa manusia tidak akan bisa lari dari kematian. Sebab, kematian itulah nantinya yang akan datang sendiri menemuinya. Ia akan dikembalikan kepada Allah Swt. Sebab, segala sesuatu di duina ini berasal dari Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya.
Qs. Al Jumu’ah (62): 8
قُلۡ إِنَّ ٱلۡمَوۡتَ ٱلَّذِي تَفِرُّونَ مِنۡهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمۡۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٨
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Manusia yang sadar bahwa dia akan mengalami kematian, dan kelak akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya sewaktu didunia, maka ketika beribadah dia akan merasakan kekhusyukan yang luar biasa. Selain itu, Allah Swt menyatakan kemanapun kita menghadap, maka kita akan ketemu dengan 'Wajah' Allah. Artinya, kekuasaan Allah meliputi seluruh alam, sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
Qs. Al Baqarah (2): 115
وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ ١١٥
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ini berarti bahwa kehidupan kita di dunia ini selalu dalam pengawasan-Nya. Allah Swt selalu mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang luput dari pengawasan-Nya itu. Dimanapun kita berada, pasti akan ‘berjumpa’ dengan Allah Swt. Karena itu, Allah Swt menyatakan bahwa khusyuk dalam beribadah itu salah satunya adalah meyakini bahwa dia akan berjumpa dengan-Nya. Perjumpaan dengan Allah Swt tersebut tidak harus menunggu kita mati dulu, atau sampai kiamat nanti. Baik di dunia dan di akhirat kelak kita harus berjumpa dengan Allah Swt. Alam dan isinya diciptakan untuk manusia. Semuanya itu merupakan tanda yang harus dibaca dan dipahami oleh manusia untuk bisa lebih dekat kepada-Nya. Perjumpaan dengan Allah Swt tersebut harus kita lakukan setiap saat selama 24 jam. Semua makhluk di dunia ini berada dalam genggaman-Nya. Tidak ada yang bisa keluar dari genggaman itu. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Allah Swt yang meliputi semuanya. Alam semesta ini dalam liputan-Nya. Makhluk apapun yang berada di alam semesta ini senantiasa berada dalam liputan-Nya. Allah sangat dekat dengan manusia. Tidak perlu berteriak atau menggunakan suara yang keras ketika memanggil-Nya. Gunakanlah suara yang lembut dan khusyuk ketika memohon apapun kepada-Nya. Allah Swt pasti akan mengabulkannya.
Qs. Al Baqarah (2): 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Agar jiwa kita selalu ‘merasa’ berjumpa dengan Allah Swt, maka jiwa kita harus selalu berzikir. Zikir merupakan proses untuk selalu ingat kepada-Nya. Dimanapun kita berada, dan bagaimanapun posisi kita, ketika jiwa sudah terbiasa zikir, maka hidupnya akan penuh kebaikan dan kebahagiaan, karena dia akan merasa selalu diawasi oleh Allah Swt.
Qs. Al Hadid (57): 16
۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ ١٦
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati (khusyuk) mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Di dalam ayat itu, Allah Swt menyatakan bahwa khusyuk itu dengan mengingat-Nya. Karena itu, orang yang selalu mengingat-Nya di dalam kesempatan apapun, maka hidupnya akan selalu khusyuk. Khusyuk itu kita dapatkan tidak harus melakukan salat. Sebab salat yang kita lakukan setiap hari, baik yang wajib maupun yang sunnah merupakan bagian dari aktivitas rutin yang kita kerjakan sehari-hari. Salat yang dikerjakan itu waktunya hanya sebentar. Kalau, khusyuk hanya diukur dengan menggunakan waktu salat saja, maka banyak waktu tersisa lainnya yang terbuang untuk ingat kepada Allah Swt. Sehingga wajar, kalau banyak orang yang mengerjakan salat, tapi kerjaannya masih korupsi, mencuri, sombong, iri dengki, bohong, caci maki, fitnah, riba, zhalim dan sebagainya. Allah Swt menyatakan bahwa salat mereka itu lalai. Artinya, mereka mengerjakan salat akan tetapi tidak khusyuk. Salatnya tidak ikhlas karena Allah. Justru ia riya (pamer). Dan mau minta penghargaan sebagai orang telah yang menunaikan salat.
Qs. Al Ma’un (107): 4-7
فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦
orang-orang yang berbuat riya,
وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
Di ayat lain, Allah Swt juga menyatakan bahwa orang yang diberi ilmu pengetahuan apabila dibacakan ayat-ayat Al-qur’an, maka dia akan menyungkurkan wajahnya seraya bersujud kepada-Nya. Dalam sujudnya dia menangis sehingga bertambahlah kekhusyukannya.
Qs. (Al Isra (17): 107-109
قُلۡ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦٓ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ يَخِرُّونَۤ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّدٗاۤ ١٠٧
Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,
وَيَقُولُونَ سُبۡحَٰنَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعۡدُ رَبِّنَا لَمَفۡعُولٗا ١٠٨
dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi."
وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ خُشُوعٗا۩ ١٠٩
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.”

Sujud, merupakan bentuk penghambaan manusia kepada-Nya. Dalam sujud, seseorang akan merasa sangat dekat dengan-Nya. Karena itu, berlama-lamalah ketika sujud, baik dalam salat maupun di luar itu. Al qur’an merupakan ‘Kalamullah’ yang diturunkan kepada kekaksih-Nya, Nabi Muhammad Saw. Kitab Suci itu merupakan Kitab induk sebagai pedoman hidup di dunia ini. Siapapun yang membaca dan memahami isinya, maka hidupnya akan penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan. Artinya, dalam hidupnya dia akan merasakan kekhusyukan yang tiada taranya. Semua itu harus bisa kita raih. Sebab, dengan meraih kekhusyukan itu, maka tujuan hidup di dunia dan akhirat kelak akan bisa kita dapatkan. Surga di dunia dan tentunya surga kelak di akhirat juga bisa kita raih tentunya. Semoga!


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 6 Desember 2019

Senin, 02 Desember 2019

Jenuh

Jenuh adalah suasana jemu atau bosan. Ada yang membedakan antara jenuh dengan bosan. Jenuh itu perasaan lelah ketika telah melakukan suatu aktifitas secara terus-menerus. Sedangkan bosan itu perasaan ketika melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, atau monoton. Jenuh bisa meliputi perasaan jemu dan bosan. Setiap orang pernah mengalami dan merasakan kejenuhan di dalam hidupnya. Apapun aktifitas yang dilakukannya, selama itu dikerjakan secara rutin, maka suatu saat akan mengalami kejenuhan itu. Tidak hanya berkaitan dengan pekerjaan atau aktifitas, makan dan minum pun bisa juga jenuh. Ketika menu yang disuguhkan itu-itu saja tanpa ada perubahan. Dan juga karena terlalu sering menyantap hidangan yang sama. Atau telah menyantap makanan yang lebih lezat dan sebagainya. Bukan hanya makan dan minum. Dalam hubungan seksual pun ada juga yang mengalami kejenuhan. Sehingga tidak jarang hubungan antara suami-isteri jadi renggang dan bahkan terjadi perceraian. Padahal mereka telah membina hubungan rumah tangga selama puluhan tahun.
Seorang petani merasa jenuh dan bosan dengan aktifitas bertaninya. Apalagi kalau hasil pertaniannya mengalami kerugian dan tidak mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Seorang pedagang juga jenuh dengan aktivitas dagang setiap harinya. Apalagi kalau perdagangan yang dilakukannya mengalami kerugian. Seorag guru ketika mengajar juga akan merasakan kejenuhan dengan tugas rutinitas mengajarnya. Apalagi dari awal bertugas tidak pernah pindah tempat dan mengajar sudah puluhan tahun. Seorang guru juga jenuh dengan kondisi siswa/i yang diajarnya. Ketika ilmu yang diajarkan tidak bisa diterima dengan baik oleh anak didiknya. Seorang pejabat (semua tingkatan) pun juga akan merasakan kejenuhan, ketika kinerja bawahannya tidak sesuai dengan harapan. Komunikasi antar jajaran pegawai dibawahnya tidak terjalin dengan baik. Sehingga program yang ditargetkan tidak berjalan dengan semestinya. Bahkan cenderung terbengkalai. Tidak hanya pejabat dan bawahan, sekelas presedin pun juga akan merasakan kejenuhan. Ketika para Menteri dan pejabat yang setingkat dan dibawahnya tidak dapat menjalankan program yang telah dicanangkan. Bahkan seorang raja pun bisa juga jenuh. Ketika rakyatnya banyak yang kelaparan dan sengsara dan sebagainya.
Kejenuhan yang di alami orang merupakan hal yang lumrah. Ketika pekerjaan dilakukan secara terus-menerus dan tidak tergantikan akan menimbulkan kejenuhan. Belum lagi tuntutan kerja yang terlalu tinggi sehingga tidak bisa diselesaikan dengan baik. Seorang murid juga terkadang jenuh dan bosan. Ketika guru yang mengajar tidak bisa menjelaskan pelajarannya dengan baik. Metode mengajar yang monoton. Tidak bisa menguasai kelas dengan baik, sehingga siswa menjadi mengantuk, dan tertidur. Apalagi ruangan belajar yang panas, bau dan sumpek dan sebagainya. Begitu juga, jamaah di pengajian pun tidak luput dari kejenuhan. Ketika sang ustaz atau kiyai yang memberikan pengajian tidak dapat di pahami oleh mereka. Materi yang terlalu tinggi sehingga susah dicerna. Atau cara penyampaian sang ustaz yang kurang menarik serta menggunakan bahasa-bahasa yang tidak dipahami jamaah. Seorang anak pun bisa juga jenuh dengan orang tuanya dirumah. Anak tidak bisa beraktifitas diluar karena dilarang. Di rumah selalu disuruh-suruh mengerjakan tugas rumah tangga, seperti mencuci pakaian, setrika, menyapu dan mengepel lantai dan sebagainya. Sehingga waktu untuk bermain dan bercengkerama dengan teman-temannya tidak ada lagi. Selain itu, pasangan kekasih yang lagi di mabuk asmara juga bisa merakasan kejenuhan. Ketika salah satu pasangan tidak memahami keinginan kekasihnya. Sikap mau menang sendiri dan cenderung tidak mau mengalah. Belum lagi pasangan yang diharapkan bisa bersikap romantis ternyata tidak. Justru, setiap bertemu menjadi tegang dan kaku. Dan sebagainya.
Seseorang yang suka membaca, olah raga, nonton (Televisi/bioskop), rekreasi, traveling, bisa juga mengalami kejenuhan. Membaca buku-buku novel yang terkenal dan menarik, atau buku-buku agama, sains dan sebagainya bisa mengalami kejenuhan. Ketika tema dan isi dari buku itu sudah diketahui dan tidak memberikan informasi yang baru. Olah raga rutin yang melelahkan dan padat juga menyebabkan kejenuhan. Nonton televisi dan bioskop yang menampilkan film atau sinetron yang kurang menarik dan alur cerita yang rumit dan sulit dicerna juga menyebabkan  kejenuhan. Rekreasi, traveling dan wisata relegi pun bisa juga jenuh. Dan masih banyak kejenuhan-kejenuhan yang dialami oleh setiap orang di dalam kehidupan ini.
Kejenuhan-kejenuhan yang dirasakan itu terkadang membawa kepada masalah yang serius. Rasa jenuh itu terus menjadi kepikiran. Sehingga menyebabkan mereka menjadi stress. Hal ini berdampak kepada diri mereka sendiri, seperti susah tidur, berkurangnya nafsu makan, melamun, mengkhayal, emosional meningkat (cepat tersinggung), berdiam diri dan cenderung menyendiri. Gejala stress seperti itu kalau dibiarkan bisa meningkat menjadi frustasi. Atau lebih parah dari itu bisa menjadi defresi dan gila. Itu merupakan penyakit psikologis akibat dari kejenuhan yang kuat dan memuncak. Selain berdampak kepada psikologi orang, juga berdampak kepada fisik. Penyakit fisik yang muncul, diantaranya sakit kepala, maag, liver, jantung, dan sebagainya. Oleh sebab itu, kejenuhan yang di alami seseorang jangan dibiarkan menjadi besar yang berdampak kepada fisik dan psikologis. Yang semua itu akan menyebabkan dirinya menjadi sengsara dan celaka.
Kejenuhan yang di alami dalam hidup merupakan hal biasa. Ketika itu menjadi beban masalah sehingga menjadi pemikiran yang intens. Akhirnya hati menjadi gelisah dan tidak tenang. Kegelisahan yang dihadapi dan dirasakan itulah yang menyebabkan rasa jenuh. Kegelisahan menimbulkan pikiran menjadi kacau. Masalah yang kecil menjadi besar. Sehingga hidup menjadi tidak tenteram dan tenang. Padahal, ketenangan itu merupakan kunci kebahagiaan seseorang. Ketika hatinya tenang, maka rasa jenuh dan gelisah itu akan hilang. Tapi, bagaimana agar ketenangan itu bisa didapat?. Bisa saja, setiap orang berbeda-beda dalam mencari untuk mendapatkan rasa tenang itu dalam hidupnya. Sebagai seorang yang beragama Islam, Allah Swt sudah jelas dan terang benderang menyatakan bahwa :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ  ٢٨ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمۡ وَحُسۡنُ مَئَابٖ  ٢٩   
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (Qs. Ar Ra’d (13): 28-29). 
Allah Swt juga menyatakan bahwa Dia-lah yang menurunkan ketenangan itu ke dalam hati orang-orang yang beriman, supaya keimanan mereka menjadi bertambah. Sebab, kepunyaan Allah sajalah apa yang ada di langit dan yang di bumi. Firman-Nya :
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا  ٤   
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs. Al Fath (48): 4). 
Untuk itu, Allah Swt mengingatkan kepada hamba-Nya, untuk selalu mengingatnya setiap saat. dimanapun dan dalam kondisi apapun hamba itu berada. Allah Swt menyatakan bahwa pada waktu shalat merupakan waktu yang paling dekat dengan-Nya. Pada waktu shalat akan terjalin komunikasi antara Allah dan hamba. Allah Swt menyatakan bahwa mengingat-Nya pada waktu shalat merupakan keutamaan yang sangat besar. Ketika shalatnya seperti itu, maka shalat yang dikerjakan benar-benar dalam kekhusyukan. Shalat yang dikerjakannya itu kelak akan mampu mencegahnya dari perbuatan yang keji dan munkar. Firman-Nya :
ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ  ٤٥   
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al ‘Ankabut (29): 45).
Ya! Hanya dengan mengingat Allah sajalah hati akan menjadi tenang. Ketenangan yang didapatkan merupakan suatu ketenangan yang hakiki. ketenangan itu akan mengantarkannya kepada sikap rida. yakni merasa puas dengan apapun yang didapat dan diterimanya. Dengan sikap rida itu ia akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam kelompok yang dijanjikan oleh Allah Swt memasuki surga-Nya. Firman-Nya :
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ  ٢٧ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ  ٢٨ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي  ٢٩ وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي  ٣٠   
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Qs. Al Fajr (89): 27-30). 
Untuk itu, dimanapun dan dalam kondisi apapun, ketika seseorang dalam hidupnya selalu ingat kepada-Nya, maka rasa jenuh, bosan, dan sebagainya akan hilang. Setiap aktifitas dan pekerjaan yang dijalankan hendaklah diniatkan dan ditujukan untuk mencari rida-Nya. Apapun profesinya dan dimanapun dia berada, hendaklah berbuat ikhlas dan rela terhadap apa yang didapat dan diraihnya. Rida merupakan sikap menerima dengan puas terhadap apa yang dianugerahkan Allah Swt kepada dirinya. Rida akan tumbuh di dalam hati seseorang ketika ia benar-benar cinta kepada penciptanya. Cinta kepada Allah akan membuat hatinya menjadi tentram dan damai. Walaupun ia menderita secara fisik dan menanggung beban hidup yang pedih, tidaklah membuat ia menjadi resah dan gelisah. Orang yang memiliki sikap rida (rela) akan mampu melihat hikmah dan kebaikan di balik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya. Bahkan, ia mampu melihat keagungan, kebesaran dan ke Maha Sempurnaan Allah yang telah memberikan berbagai cobaan kepadanya sehingga ia tidak mengeluh dan tidak merasakan sakit atas cobaan itu. Ketika itu sudah tertanam di dalam hati dan jiwa seseorang, maka hidupnya tidak akan gelisah, sedih, jenuh, bosan dan segala kesusahan di dalam hidupnya akan sirna. Hidupnya akan tenang, damai dan tenteram. Sehingga kedamaian dan kebahagiaan akan didapatnya, dimanapun ia berada. Semoga!

#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 2 Desember 2019

Senin, 18 November 2019

Kasih Sayang (Revisi)

Kasih artinya perasaan sayang (cinta, suka kepada sesuatu). Atau menanggung rindu (cinta berahi). Sedangkan sayang adalah cinta, kasih, amat suka kepada sesuatu, atau jatung hatiku. Jadi kasih sayang adalah cinta kasih atau belas kasihan. Kasih sayang merupakan bentuk perhatian yang lebih dari seseorang kepada sesuatu, baik manusia, binatang, tanaman, benda, maupun tuhan. Kasih sayang itu muncul karena adanya rasa cinta dan rasa memiliki kepada sesuatu. Dengan kasih sayang, maka kehidupan di dunia akan menjadi damai, tenang, tentram dan penuh dengan cinta serta jauh dari kebencian, pertengkaran, perkelahian, permusuhan, pembunuhan apalagi peperangan yang saling menghancurkan. 

Kasih sayang merupakan bagian akhlak mulia. Kasih sayang mutlak diperlukan dalam kehidupan ini. Setiap orang harus menghiasi diri mereka dengan akhlak mulia ini. Kita tidak boleh hanya mengharap curahan kasih sayang dari orang lain, tetapi juga dituntut untuk selalu menebar kasih sayang kepada semua makhluk Allah Swt. Yaitu, manusia, tumbuhan, binatang maupun bangsa jin sekalipun. Sebab, Islam merupakan agama yang membawa kasih sayang bagi  semua makhluk di alam semesta ini. Islam tidak pernah membedakan manusia dari status, umur, pangkat atau jabatan, laki-laki atau perempuan, anak-anak, dewasa maupun tua. Semuanya harus bisa berkasih sayang di dalam hidup ini. yang tua menyayangi yang muda, begitu pula sebaliknya. seorang pejabat mengasihi bawahannyaa, begitu juga sebaliknya. Yang kaya mengasihi yang miskin, begitu juga sebaliknya. Begitulah, semua elemen yang ada di masyarakat harus bisa saling menyayangi satu sama lainnya. Jangan saling membenci, bermusuhan apalagi saling bertengkar dan berperang. Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu berkasih sayang dalam kehidupan ini dimanapun ia berada. Bahkan kepada hewan dan tumbuhan pun  disuruh untuk selalu mengasihi. Allah Swt menyatakan bahwa Dia tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan kepadanya, dan juga merusak tanam-tanaman dan binatang ternak. 

Qs. Al Baqarah (2): 204-205

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعۡجِبُكَ قَوۡلُهُۥ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيُشۡهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلۡبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ  ٢٠٤ وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ  ٢٠٥

“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” 

Bentuk kasih sayang itu bermacam-macam. Biasanya berupa perhatian yang sungguh-sungguh dan sepenuh hati diberikan kepada orang yang disayanginya. Bisa berupa benda, misalnya uang, mobil, rumah, tanah, handphone, perhiasan (cincin, kalung, gelang, anting dan sebagainya), buku, jam tangan atau dinding, perabot rumah tangga (meja, kursi, kulkas, televisi, mesin cuci, lemari, piring, cangkir, dan sebagainya). Bisa juga berupa kata-kata manis seperti, sayang, cinta, mama atau papa, atau panggilan lainnya sesuai dengan kesepakatan diantara mereka. Bisa dengan bahasa daerah maupun dengan bahasa lainnya yang bisa dipahami oleh mereka. Bentuk perhatian itu ada yang memberikan bunga dan pesan tertulis dengan indah melalui surat yang tertulis di atas kertas. Atau melalui media sosial seperti facebook, wathApps, telegram, twetter, dan lain-lain. Ada juga yang berupa nasihat-nasihat kebaikan. Agar tidak terjerumus kepada keburukan dan kejahatan. Ia selalu menasihati dengan sabar tiada henti sampai yang dinasihati mau menuruti apa yang diucapkannya. Bentuk kasih sayang juga bisa berupa bantuan-bantuan untuk keperluan hidup sehari-hari seperti makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Ketika ada yang memerlukannya seperti kelaparan, kemiskinan, kebakaran, bencana alam (banjir, gunung meletus, gempa bumi, longsor dan sebagainya). Bisa juga bantuan itu berupa beasiswa (uang) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Bentuk perhatian bisa juga diberikan dengan pelukan atau dekapan, ciuman atau kecupan, maupun ‘hubungan badan’. 

Perhatian bentuk itu tidak sembarangan diberikan kepada semua orang. Sebab, sekarang ini ada yang menyalanggunakannya sebagai bentuk kasih sayang. Dengan menghalalkan segala cara yang menyalahi aturan agama seperti pacaran dan perzinahan. Sebagai bentuk kasih sayang orang tua, ia akan memberikan pelukan ataupun ciuman di dahi atau pipi anaknya. Bagi suami-istri bisa melakukan ‘persetubuhan’ sesuai dengan kebutuhan mereka. Dan masih banyak lagi bentuk perhatian itu. Semua itu tergantung dari kepentingan yang dimiliki setiap orang. Bisa saja terjadi perbedaan pandangan dalam bentuk kasih sayang itu. Akan tetapi, yang terpenting adalah ketulusan (ikhlas) dalam memberikan perhatian itu. Jangan sampai ada unsur-unsur tertentu dibaliknya. Ingin mengharapkan imbalan dan balasan. Semua itu akan merusak makna  kasih sayang itu sendiri. 

Makna kasih sayang itu tidak berujung, tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sehingga tidak tepat kalau kasih sayang itu diperingati hanya satu hari dalam se tahun. Apalagi kalau kasih sayang itu dimaknai dengan pacaran dan penyerahan kesucian sebagai buktinya. Nauzdubillah!. Dalam Islam, makna kasih sayang itu berkaitan dengan sifat Rahman dan Rahim Allah. Setiap umat Islam tidak layak menjadikan hari, minggu, bulan atau tahun dalam merayakan  kasih  sayang. Setiap saat kita bisa memberikan kasih sayang itu kepada semua makhluk Allah di muka bumi ini. Allah Swt menyatakan bahwa Dia lah yang menanamkan rasa kasih sayang itu kepada orang yang beriman dan beramal shaleh. 

Qs. Maryam (19): 96

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَيَجۡعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحۡمَٰنُ وُدّٗا  ٩٦

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” 

Kasih sayang diberikan-Nya kepada setiap manusia. Dia tidak  memandang apapun jenis kelamin, agama, ras, suku dan bangsanya. Semuanya akan diberikan, karena Allah lah yang mempunyai langit dan bumi dan Dia telah menetapkan diri-Nya sebagai kasih sayang. Allah telah berjanji sebagai kemurahan-Nya akan melimpahkan rahmat kepada mahluk-Nya. 

Qs. Al An’am (6): 12

قُل لِّمَن مَّا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ قُل لِّلَّهِۚ كَتَبَ عَلَىٰ نَفۡسِهِ ٱلرَّحۡمَةَۚ لَيَجۡمَعَنَّكُمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ لَا رَيۡبَ فِيهِۚ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ  ١٢

“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi." Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman.” 

Kasih sayang itu milik Allah Swt. Untuk itu, kita harus bisa memilikinya dengan senantiasa menjalankan segala perintah dan menjauhi setiap larangannya. Manusia yang ingin memiliki kasih sayang-Nya itu harus berusaha semaksimal mungkin meraihnya. Untuk bisa meraihnya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh setiap orang. Pertama, dia harus beriman kepada Allah dan hari akhir. sebab, iman itu merupakan fondasi awal bagi keragamaan seseorang. ketika imannya kuat, maka agamanya juga akan kuat. begitu pula sebaliknya, ketika imannya lemah, maka agamanya pun akan lemah. 

Qs. Al Mujadilah (58): 22

لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ  ٢٢

“Kamu (Muhammad) tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” 

Kedua, berbakti kepada kedua orang tua dengan merendahkan dirinya kepada keduanya dan tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat durhaka kepada Allah Swt. Allah Swt melarang hambanya berlaku kasar kepada kedua orang tuanya. Dengan merendahkan dirinya kepada orang tua itu merupakan wujud dari bakti seorang anak kepada orang tuanya. Jangan berkata terlalu keras dihadapan keduanya, apalagi sampai membentaknya. Allah Swt menyatakan bahwa mengatakan ‘ah’ sebagai penolakan dilarang, apalagi sampai mencaci maki mereka. Kedua orang tuanya itu telah mendidik dan memberikan nafkah terhadap anaknya dari sejak kecil. Mereka memberikan makan dan minuman berupa lauk pauk, susu dan sebagainya setiap harinya. Mereka bekerja banting tulang, peras keringat hanya untuk menghidupi anaknya itu. Terkadang mereka tidak tidur sepanjang malam ketika anaknya rewel atau sakit. Mereka juga memberikan pendidikan yang bagus sampai kejenjang yang lebih tinggi. Meraka juga menikahkan anaknya sesuai dengan pilihannya. Bahkan terkadang, anak dari anaknya (cucu) yang membesarkan adalah orang tuanya itu juga. Luar biasa! Sungguh besar peran dan sumbangsih dari kedua orang tua kita itu. Kalau ada yang mau membalas semua pengorbanan mereka, sepertinya tidak akan ada yang bisa. Maka, sangat wajar apabila Allah Swt mewajibkan kepada anak untuk selalu berbakti kepada keduanya. Tidak saja selama mereka masih hidup di  dunia. Ketika mereka meninggal pun kewajiban itu tetap masih ada, yakni dengan memberikan doa dan berbuat baik sebagai bentuk bakti anak yang sholeh. 

Qs. Al Isra (17): 23-24

۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا  ٢٣  وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا  ٢٤

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,  kasihilah  mereka  keduanya,  sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” 

Allah Swt juga menyatakan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan bentuk ketakwaan kepada-Nya. 

Qs. Maryam (19): 13-14

وَحَنَانٗا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةٗۖ وَكَانَ تَقِيّٗا  ١٣ 

وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَيۡهِ وَلَمۡ يَكُن جَبَّارًا عَصِيّٗا  ١٤

“Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” 

Ketiga, bertobat dari dosa dan kejahatan yang telah dilakukannya. Menurut Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulum Ad-Din, Tobat adalah rasa penyesalan yang sungguh- sungguh dalam hati dengan disertai permohonan ampun serta meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa. Pada tingkat terendah, tobat menyangkut dosa yang dilakukan oleh jasad atau anggota badan. Pada tingkat menengah, di samping mengangkut dosa yang telah dilakukan jasad, tobat juga menyangkut pangkal dosa-dosa, seperti hasad (dengki), sombong, riya dan sebagainya. Pada tingkat yang lebih tinggi, tobat menyangkut usaha untuk menjauhkan dari bujukan setan dan menyadarkan jiwa akan rasa bersalah. Sedangkan, pada tingkat akhir, tobat berarti penyesalan atas kelengahan pikiran dalam mengingat Allah. Tobat pada tingkatan ini, merupakan penolakan terhadap segala sesuatu selain yang dapat memalingkannya dari jalan Allah. Tobat merupakan merupakan tangga pertama dalam kehidupan seseorang untuk menggapai kedekatan dengan Allah. Tobat merupakan anak kunci bagi kemenangan. Orang yang suka bertobat akan dikasihi oleh Allah Swt. 

Qs. Al An’am (6): 54

وَإِذَا جَآءَكَ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِئَايَٰتِنَا فَقُلۡ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمۡۖ كَتَبَ رَبُّكُمۡ عَلَىٰ نَفۡسِهِ ٱلرَّحۡمَةَ أَنَّهُۥ مَنۡ عَمِلَ مِنكُمۡ سُوٓءَۢا بِجَهَٰلَةٖ ثُمَّ تَابَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ وَأَصۡلَحَ فَأَنَّهُۥ غَفُورٞ رَّحِيمٞ  ٥٤

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum.  Tuhanmu  telah  menetapkan  atas  diri- Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 

Untuk melakukan tobat itu, ada tiga syarat yang harus dilakukannya. Pertama, harus meninggalkan maksiat atau dosa yang telah dilakukannya. Kedua, harus menyesali diri atas perbuatan maksiat atau dosa itu. Ketiga, berjanji tidak akan kembali lagi kepada kejahatan itu selama-lamanya. Ketiga syarat itu merupakan dosa yang berkaitan antara manusia dengan Allah Swt. Jika dosa itu berkaitan dengan hubungan sesama manusia, maka ditambah satu syarat lagi, yaitu minta maaf kepada orang yang telah dizaliminya. Allah Swt menyatakan bahwa orang yang sudah tobat hendaklah selalu mengerjakan kebaikan. Dengan begitu, ia telah melakukan tobat dengan sebenar-benarnya. 

Qs. Al Furqan (25): 71

وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابٗا  ٧١

“Dan orang-orang yang bertobat dan  mengerjakan  amal  saleh,  maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar- benarnya.” 

Allah Swt menyatakan bahwa orang yang telah melakukan tobat dengan sebenar- benarnya, maka Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Allah Swt juga akan memasukkannya kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. 

Qs. At Tahrim (66): 8

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّئَاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ  ٨

“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (tobat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang  bersama  dia;  sedang  cahaya  mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” 

Keempat, rukuk dan sujud kepada Allah. Rukuk dan sujud merupakan bagian dari ibadah salat yang dikerjakan setiap harinya. Salat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh semua orang Islam yang sudah akil balig. Pada saat rukuk dan sujud itulah hubungan kedekatan seorang hamba kepada tuhannya. semakin banyak ia melakukan rukuk dan sujud itu. apalagi ia lakukan dengan lama, maka semakin dekat pula hubungannya dengan Allah Swt. Dengan rukuk dan  sujud juga, mereka mencari karunia (kasih sayang) dan keridaan Allah. Untuk itu, di wajah mereka nantinya akan ada tanda bekas sujud. Sebagai pertanda bahwa ia adalah hamba yang selalu bersujud baik siang maupun malam. Allah Swt akan memberikan kasih sayang kepada mereka dan menjanjikan kepada mereka ampunan dan pahala yang besar. 

Qs. Al Fath (48): 29

مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗاۖ سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِۚ وَمَثَلُهُمۡ فِي ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ شَطۡئَهُۥ فَئَازَرَهُۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلۡكُفَّارَۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنۡهُم مَّغۡفِرَةٗ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا  ٢٩

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” 

Kelima, berbuat baik dan berlaku adil kepada siapapun, walaupun itu orang kafir yang tidak memusuhi kita. Adil yaitu memberikan keputusan secara benar, berdasarkan Al qur’an dan Sunah Nabi Saw, bukan bersumber pada selain itu. Adil juga bermakna memperlakukan sesuatu sesuai dengan tempat, waktu, cara dan kadarnya tanpa berlebihan. Sifat adil inilah yang dapat menopang keteraturan dan kebaikan hidup di dunia, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama makhluk-Nya. Allah Swt selalu memerintahkan kepada hambanya untuk selalu berbuat baik serta berlaku adil terhadap orang. Walaupun orang itu telah berbuat kesalahan kepadanya. 

Qs. Al Mumtahanah (60): 7-8

۞عَسَى ٱللَّهُ أَن يَجۡعَلَ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ عَادَيۡتُم مِّنۡهُم مَّوَدَّةٗۚ وَٱللَّهُ قَدِيرٞۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ  ٧ 

لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ  ٨

“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang- orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak  (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” 

Berbuat baik itu merupakan jalan menuju kepada takwa. Allah Swt memerintahkan agar berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Perbuatan baik itu hendaklah dikerjakan dengan dasar kasih sayang. Ketika sifat kasih sayang itu terpatri dihatinya, maka ia akan mudah untuk berbuat baik. Kalau ia seorang pemimpin, ia akan bisa berbuat adil kepada siapapun. Tanpa pandang suku, bangsa dan agama. Jangan sampai karena ada kebencian  dan  permusuhan kepada seseorang atau kaum (bangsa) menyebabkan tidak bisa berbuat adil. Seorang pemimpin harus bisa membedakan antara kepentingan pribadi dan bangsa. Seorang pemimpin harus memiliki sifat kasih sayang melebihi yang lainnya. Dengan begitu, ia akan mampu memimpin secara adil dan bijaksana. Sebab, sikap adil itu merupakan jalan menuju kepada ketakwaan. 

Qs. Al Ma`idah (5): 8

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَئَانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ  ٨

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Keenam, bersikap lemah lembut, tidak bersikap keras dan berhati kasar. Lemah lembut merupakan sifat mulia yang wajib ditanamkan dalam diri setiap muslim. Dengan sifat ini Allah Swt meluluhkan hati manusia hingga  menjadikannya lembut dan terbuka terhadap sesama. Hal itu dikarenakan manusia itu lebih condong kepada orang yang murah hati dan bersifat lembut kepada sesamanya. Sebaliknya, manusia cenderung akan menjauh dari orang yang kaku, tidak kenal belas kasihan, kasar, dan tidak baik hati terhadap sesamanya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan sifat kelemahlembutan ini. Baik lemah lembut terhadap diri sendiri ataupun terhadap sesama makhluk lainnya. Perilaku kasar, ceroboh, dan gegabah hanya akan mengakibatkan keburukan dan kerugian. Sebab keindahan dan kebaikan selalu bergandengan dengan sikap lemah lembut ini. Rasulullah Saw bersabda :

إِنَّ الرِفْقَ لَايَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ. (رواه مسلم(+

Apabila sifat lemah lembut ada pada sesuatu niscaya ia akan menghiasinya, namun apabila sifat itu dicabut dari sesuatu niscaya ia akan menodainya” (HR. Muslim, no. 6767). 

Kelemahlembutan ibarat kunci bagi kebaikan dan keberuntungan. Sentuhan kelembutan sikap dapat meluluhkan hati orang lain, meluluhkan jiwa yang keras, dan menyadarkan hati pendengki akan kekeliruannya selama ini. 

Qs. Ali ‘Imran (3): 159

فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ  ١٥٩

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” 

Kelembutan atau lemah lembut adalah salah satu akhlak  mulia yang di cintai Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

يَاعَائِشَةُ, إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُليِهِ. (رواه البخارى (

“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Maha Lembut, dan Dia mencintai kelembutan dalam setiap perkara” (HR. Bukhari No. 6927). 

Orang yang perangainya kasar, kaku, dan tidak memiliki kelembutan akan terhalang dari banyak kebaikan. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhum bahwa Nabi Saw bersabda,

مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ. (رواه المسلم(

Barangsiapa dijauhkan dari kelemahlembutan berarti ia dijauhkan dari semua kebaikan” (HR. Muslim, No. 2592). 

Sikap seperti itulah yang diajarkan oleh Allah Swt kepada semua hamba -Nya. Jika sikap seperti itu bisa dikerjakan, maka bertebaranlah kasih sayang Allah di muka bumi ini. Hal inilah yang harus kita lakukan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya. Segala perbuatan, yang bertentangan dengan perintah-Nya justru akan menjauhkan diri seseorang dari kasih sayang-Nya. Allah adalah Tuhan yang Maha Penyayang, karena itu Dia akan menyayangi hamba-hamba-Nya yang suka menyayangi orang lain. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ’anhu, bahwa Rasulullah Saw bersabda,

إنَّماَيَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ. (رواه البخارى و المسلم(

“Sesungguhnya  Allah   menyayangi   hamba-hamba-Nya   yang   memiliki   sifat penyayang” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang suka menyayangi orang lain pasti akan disayangi Allah. Bahkan ia juga akan disayangi oleh penduduk langit, yakni Malaikat. Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah Saw bersabda,

الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ. (رواه ابو داود و ترومذى (

“Orang-orang yang menyayangi (orang lain) pasti disayangi Allah. Maka itu setiap penduduk bumi, niscaya engkau akan disayangi penghuni langit (para Malaikat).” (HR. Abu Dawud, No. 4941, At Tirmidzi, No. 1924). 

Sebaliknya, apabila orang tidak menyukai yang lain, maka Allah pun tidak akan menyayangi dirinya. Diriwayatkan oleh Jarir bin Abdullah ia berkata : Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ لَاَ يَرْحَمُ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ. (رواه المسلم(

“Orang yang tidak menyayangi sesama manusia, Allah tidak akan menyayangi dirinya.” (HR. Muslim, No. 2319) 

Seseorang yang tidak memiliki kasih sayang tidak akan pernah disayangi. Betapa sengsara hidup seorang yang tidak menyayangi sesama manusia dan tidak disayangi mereka. Rasulullah Saw bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَبَّلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْحَسَنَ بْنَ عَلِّي وَعِنْدَهُ الأَقْرَعُ بْنُ حَابسٍ التَّمِيْمِيُّ جَالِسً فَقَالَ الأَقْرَعُ : إِنَّ لِيْ عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا. فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمُّ قَالَ : مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ. (رواه البخارى (

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium Hasan bin Ali sedangkan di sisi beliau ada Aqra’ bin Haabis at-Tamimiy lagi duduk, maka berkata Aqra’, “Saya mempunyai sepuluh orang anak tidak pernah saya mencium seorangpun di antara mereka”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kepada Aqra’ kemudian beliau bersabda: “Barangsiapa yang tidak penyayang pasti tidak akan disayang.” (HR. Bukhari, No. 5997).

 

Untuk itu, tidak ada pilihan lain bagi kita untuk mendapatkan kasih sayang Allah, maka kita juga harus menyayangi makhluk ciptaan-Nya yang lain. Jangan sampai kebencian, kecemburuan, iri hati menjuahkan diri kita dari berkasih sayang. Untuk itu, menjauhlah dari sikap dan perbuatan yang bertentangan dengan agama. Hindari permusuhan, pertikaian, perkelahian, maupun peperangan. Isi kehidupan ini dengan selalu berbuat baik. Tebarkan kasih sayang kepada sesama makhluk Allah (manusia, hewan dan tumbuhan). Karena dengan begitu, maka kasih sayang akan mudah di dapat dari sumber kasih sayang yang sebenarnya, yaitu Allah Swt Tuhan Semesta Alam. Semoga!

#Menyebarluaskan Kebaikan#

Popular