Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin
Kasih artinya perasaan sayang (cinta, suka kepada sesuatu). Atau menanggung rindu (cinta berahi). Sedangkan sayang adalah cinta, kasih, amat suka kepada sesuatu, atau jatung hatiku. Jadi kasih sayang adalah cinta kasih atau belas kasihan. Kasih sayang merupakan bentuk perhatian yang lebih dari seseorang kepada sesuatu, baik manusia, binatang, tanaman, benda, maupun tuhan. Kasih sayang itu muncul karena adanya rasa cinta dan rasa memiliki kepada sesuatu. Dengan kasih sayang, maka kehidupan di dunia akan menjadi damai, tenang, tentram dan penuh dengan cinta serta jauh dari kebencian, pertengkaran, perkelahian, permusuhan, pembunuhan apalagi peperangan yang saling menghancurkan.
Kasih sayang merupakan bagian akhlak mulia. Kasih sayang mutlak diperlukan dalam kehidupan ini. Setiap orang harus menghiasi diri mereka dengan akhlak mulia ini. Kita tidak boleh hanya mengharap curahan kasih sayang dari orang lain, tetapi juga dituntut untuk selalu menebar kasih sayang kepada semua makhluk Allah Swt. Yaitu, manusia, tumbuhan, binatang maupun bangsa jin sekalipun. Sebab, Islam merupakan agama yang membawa kasih sayang bagi semua makhluk di alam semesta ini. Islam tidak pernah membedakan manusia dari status, umur, pangkat atau jabatan, laki-laki atau perempuan, anak-anak, dewasa maupun tua. Semuanya harus bisa berkasih sayang di dalam hidup ini. yang tua menyayangi yang muda, begitu pula sebaliknya. seorang pejabat mengasihi bawahannyaa, begitu juga sebaliknya. Yang kaya mengasihi yang miskin, begitu juga sebaliknya. Begitulah, semua elemen yang ada di masyarakat harus bisa saling menyayangi satu sama lainnya. Jangan saling membenci, bermusuhan apalagi saling bertengkar dan berperang. Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu berkasih sayang dalam kehidupan ini dimanapun ia berada. Bahkan kepada hewan dan tumbuhan pun disuruh untuk selalu mengasihi. Allah Swt menyatakan bahwa Dia tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan kepadanya, dan juga merusak tanam-tanaman dan binatang ternak.
Qs. Al Baqarah (2): 204-205
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعۡجِبُكَ قَوۡلُهُۥ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيُشۡهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلۡبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ ٢٠٤ وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ ٢٠٥
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”
Bentuk kasih sayang itu bermacam-macam. Biasanya berupa perhatian yang sungguh-sungguh dan sepenuh hati diberikan kepada orang yang disayanginya. Bisa berupa benda, misalnya uang, mobil, rumah, tanah, handphone, perhiasan (cincin, kalung, gelang, anting dan sebagainya), buku, jam tangan atau dinding, perabot rumah tangga (meja, kursi, kulkas, televisi, mesin cuci, lemari, piring, cangkir, dan sebagainya). Bisa juga berupa kata-kata manis seperti, sayang, cinta, mama atau papa, atau panggilan lainnya sesuai dengan kesepakatan diantara mereka. Bisa dengan bahasa daerah maupun dengan bahasa lainnya yang bisa dipahami oleh mereka. Bentuk perhatian itu ada yang memberikan bunga dan pesan tertulis dengan indah melalui surat yang tertulis di atas kertas. Atau melalui media sosial seperti facebook, wathApps, telegram, twetter, dan lain-lain. Ada juga yang berupa nasihat-nasihat kebaikan. Agar tidak terjerumus kepada keburukan dan kejahatan. Ia selalu menasihati dengan sabar tiada henti sampai yang dinasihati mau menuruti apa yang diucapkannya. Bentuk kasih sayang juga bisa berupa bantuan-bantuan untuk keperluan hidup sehari-hari seperti makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Ketika ada yang memerlukannya seperti kelaparan, kemiskinan, kebakaran, bencana alam (banjir, gunung meletus, gempa bumi, longsor dan sebagainya). Bisa juga bantuan itu berupa beasiswa (uang) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Bentuk perhatian bisa juga diberikan dengan pelukan atau dekapan, ciuman atau kecupan, maupun ‘hubungan badan’.
Perhatian bentuk itu tidak sembarangan diberikan kepada semua orang. Sebab, sekarang ini ada yang menyalanggunakannya sebagai bentuk kasih sayang. Dengan menghalalkan segala cara yang menyalahi aturan agama seperti pacaran dan perzinahan. Sebagai bentuk kasih sayang orang tua, ia akan memberikan pelukan ataupun ciuman di dahi atau pipi anaknya. Bagi suami-istri bisa melakukan ‘persetubuhan’ sesuai dengan kebutuhan mereka. Dan masih banyak lagi bentuk perhatian itu. Semua itu tergantung dari kepentingan yang dimiliki setiap orang. Bisa saja terjadi perbedaan pandangan dalam bentuk kasih sayang itu. Akan tetapi, yang terpenting adalah ketulusan (ikhlas) dalam memberikan perhatian itu. Jangan sampai ada unsur-unsur tertentu dibaliknya. Ingin mengharapkan imbalan dan balasan. Semua itu akan merusak makna kasih sayang itu sendiri.
Makna kasih sayang itu tidak berujung, tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sehingga tidak tepat kalau kasih sayang itu diperingati hanya satu hari dalam se tahun. Apalagi kalau kasih sayang itu dimaknai dengan pacaran dan penyerahan kesucian sebagai buktinya. Nauzdubillah!. Dalam Islam, makna kasih sayang itu berkaitan dengan sifat Rahman dan Rahim Allah. Setiap umat Islam tidak layak menjadikan hari, minggu, bulan atau tahun dalam merayakan kasih sayang. Setiap saat kita bisa memberikan kasih sayang itu kepada semua makhluk Allah di muka bumi ini. Allah Swt menyatakan bahwa Dia lah yang menanamkan rasa kasih sayang itu kepada orang yang beriman dan beramal shaleh.
Qs. Maryam (19): 96
إِنَّ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَيَجۡعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحۡمَٰنُ
وُدّٗا ٩٦
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”
Kasih sayang diberikan-Nya kepada setiap manusia. Dia tidak memandang apapun jenis kelamin, agama, ras, suku dan bangsanya. Semuanya akan diberikan, karena Allah lah yang mempunyai langit dan bumi dan Dia telah menetapkan diri-Nya sebagai kasih sayang. Allah telah berjanji sebagai kemurahan-Nya akan melimpahkan rahmat kepada mahluk-Nya.
Qs. Al An’am (6): 12
قُل لِّمَن مَّا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ قُل لِّلَّهِۚ كَتَبَ عَلَىٰ
نَفۡسِهِ ٱلرَّحۡمَةَۚ لَيَجۡمَعَنَّكُمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ لَا رَيۡبَ
فِيهِۚ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ١٢
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi." Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman.”
Kasih sayang itu milik Allah Swt. Untuk itu, kita harus bisa memilikinya dengan senantiasa menjalankan segala perintah dan menjauhi setiap larangannya. Manusia yang ingin memiliki kasih sayang-Nya itu harus berusaha semaksimal mungkin meraihnya. Untuk bisa meraihnya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh setiap orang. Pertama, dia harus beriman kepada Allah dan hari akhir. sebab, iman itu merupakan fondasi awal bagi keragamaan seseorang. ketika imannya kuat, maka agamanya juga akan kuat. begitu pula sebaliknya, ketika imannya lemah, maka agamanya pun akan lemah.
Qs. Al Mujadilah (58): 22
لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ
أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ
فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ
جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ
عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ
ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٢٢
“Kamu (Muhammad) tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”
Kedua, berbakti kepada kedua orang tua dengan merendahkan dirinya kepada keduanya dan tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat durhaka kepada Allah Swt. Allah Swt melarang hambanya berlaku kasar kepada kedua orang tuanya. Dengan merendahkan dirinya kepada orang tua itu merupakan wujud dari bakti seorang anak kepada orang tuanya. Jangan berkata terlalu keras dihadapan keduanya, apalagi sampai membentaknya. Allah Swt menyatakan bahwa mengatakan ‘ah’ sebagai penolakan dilarang, apalagi sampai mencaci maki mereka. Kedua orang tuanya itu telah mendidik dan memberikan nafkah terhadap anaknya dari sejak kecil. Mereka memberikan makan dan minuman berupa lauk pauk, susu dan sebagainya setiap harinya. Mereka bekerja banting tulang, peras keringat hanya untuk menghidupi anaknya itu. Terkadang mereka tidak tidur sepanjang malam ketika anaknya rewel atau sakit. Mereka juga memberikan pendidikan yang bagus sampai kejenjang yang lebih tinggi. Meraka juga menikahkan anaknya sesuai dengan pilihannya. Bahkan terkadang, anak dari anaknya (cucu) yang membesarkan adalah orang tuanya itu juga. Luar biasa! Sungguh besar peran dan sumbangsih dari kedua orang tua kita itu. Kalau ada yang mau membalas semua pengorbanan mereka, sepertinya tidak akan ada yang bisa. Maka, sangat wajar apabila Allah Swt mewajibkan kepada anak untuk selalu berbakti kepada keduanya. Tidak saja selama mereka masih hidup di dunia. Ketika mereka meninggal pun kewajiban itu tetap masih ada, yakni dengan memberikan doa dan berbuat baik sebagai bentuk bakti anak yang sholeh.
Qs. Al Isra (17): 23-24
۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ٢٣ وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا ٢٤
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Allah Swt juga menyatakan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan bentuk ketakwaan kepada-Nya.
Qs. Maryam (19): 13-14
وَحَنَانٗا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةٗۖ وَكَانَ تَقِيّٗا ١٣
وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَيۡهِ وَلَمۡ يَكُن جَبَّارًا عَصِيّٗا ١٤
“Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.”
Ketiga, bertobat dari dosa dan kejahatan yang telah dilakukannya. Menurut Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulum Ad-Din, Tobat adalah rasa penyesalan yang sungguh- sungguh dalam hati dengan disertai permohonan ampun serta meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa. Pada tingkat terendah, tobat menyangkut dosa yang dilakukan oleh jasad atau anggota badan. Pada tingkat menengah, di samping mengangkut dosa yang telah dilakukan jasad, tobat juga menyangkut pangkal dosa-dosa, seperti hasad (dengki), sombong, riya dan sebagainya. Pada tingkat yang lebih tinggi, tobat menyangkut usaha untuk menjauhkan dari bujukan setan dan menyadarkan jiwa akan rasa bersalah. Sedangkan, pada tingkat akhir, tobat berarti penyesalan atas kelengahan pikiran dalam mengingat Allah. Tobat pada tingkatan ini, merupakan penolakan terhadap segala sesuatu selain yang dapat memalingkannya dari jalan Allah. Tobat merupakan merupakan tangga pertama dalam kehidupan seseorang untuk menggapai kedekatan dengan Allah. Tobat merupakan anak kunci bagi kemenangan. Orang yang suka bertobat akan dikasihi oleh Allah Swt.
Qs. Al An’am (6): 54
وَإِذَا
جَآءَكَ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِئَايَٰتِنَا فَقُلۡ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمۡۖ كَتَبَ
رَبُّكُمۡ عَلَىٰ نَفۡسِهِ ٱلرَّحۡمَةَ أَنَّهُۥ مَنۡ عَمِلَ مِنكُمۡ سُوٓءَۢا
بِجَهَٰلَةٖ ثُمَّ تَابَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ وَأَصۡلَحَ فَأَنَّهُۥ غَفُورٞ
رَّحِيمٞ ٥٤
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri- Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Untuk melakukan tobat itu, ada tiga syarat yang harus dilakukannya. Pertama, harus meninggalkan maksiat atau dosa yang telah dilakukannya. Kedua, harus menyesali diri atas perbuatan maksiat atau dosa itu. Ketiga, berjanji tidak akan kembali lagi kepada kejahatan itu selama-lamanya. Ketiga syarat itu merupakan dosa yang berkaitan antara manusia dengan Allah Swt. Jika dosa itu berkaitan dengan hubungan sesama manusia, maka ditambah satu syarat lagi, yaitu minta maaf kepada orang yang telah dizaliminya. Allah Swt menyatakan bahwa orang yang sudah tobat hendaklah selalu mengerjakan kebaikan. Dengan begitu, ia telah melakukan tobat dengan sebenar-benarnya.
Qs. Al Furqan (25): 71
وَمَن
تَابَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابٗا ٧١
“Dan orang-orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar- benarnya.”
Allah Swt menyatakan bahwa orang yang telah melakukan tobat dengan sebenar- benarnya, maka Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Allah Swt juga akan memasukkannya kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai.
Qs. At Tahrim (66):
8
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ
أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّئَاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن
تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ
يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ
كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٨
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (tobat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Keempat, rukuk dan sujud kepada Allah. Rukuk dan sujud merupakan bagian dari ibadah salat yang dikerjakan setiap harinya. Salat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh semua orang Islam yang sudah akil balig. Pada saat rukuk dan sujud itulah hubungan kedekatan seorang hamba kepada tuhannya. semakin banyak ia melakukan rukuk dan sujud itu. apalagi ia lakukan dengan lama, maka semakin dekat pula hubungannya dengan Allah Swt. Dengan rukuk dan sujud juga, mereka mencari karunia (kasih sayang) dan keridaan Allah. Untuk itu, di wajah mereka nantinya akan ada tanda bekas sujud. Sebagai pertanda bahwa ia adalah hamba yang selalu bersujud baik siang maupun malam. Allah Swt akan memberikan kasih sayang kepada mereka dan menjanjikan kepada mereka ampunan dan pahala yang besar.
Qs. Al Fath (48): 29
مُّحَمَّدٞ
رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ
وَرِضۡوَٰنٗاۖ سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ ذَٰلِكَ
مَثَلُهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِۚ وَمَثَلُهُمۡ فِي ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ
شَطۡئَهُۥ فَئَازَرَهُۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ
ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلۡكُفَّارَۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنۡهُم مَّغۡفِرَةٗ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا ٢٩
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Kelima, berbuat baik dan berlaku adil kepada siapapun, walaupun itu orang kafir yang tidak memusuhi kita. Adil yaitu memberikan keputusan secara benar, berdasarkan Al qur’an dan Sunah Nabi Saw, bukan bersumber pada selain itu. Adil juga bermakna memperlakukan sesuatu sesuai dengan tempat, waktu, cara dan kadarnya tanpa berlebihan. Sifat adil inilah yang dapat menopang keteraturan dan kebaikan hidup di dunia, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama makhluk-Nya. Allah Swt selalu memerintahkan kepada hambanya untuk selalu berbuat baik serta berlaku adil terhadap orang. Walaupun orang itu telah berbuat kesalahan kepadanya.
Qs. Al Mumtahanah (60): 7-8
۞عَسَى ٱللَّهُ أَن يَجۡعَلَ بَيۡنَكُمۡ
وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ عَادَيۡتُم مِّنۡهُم مَّوَدَّةٗۚ وَٱللَّهُ قَدِيرٞۚ وَٱللَّهُ
غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٧
لَّا
يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ
يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ
ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٨
“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang- orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Berbuat baik itu merupakan jalan menuju kepada takwa. Allah Swt memerintahkan agar berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Perbuatan baik itu hendaklah dikerjakan dengan dasar kasih sayang. Ketika sifat kasih sayang itu terpatri dihatinya, maka ia akan mudah untuk berbuat baik. Kalau ia seorang pemimpin, ia akan bisa berbuat adil kepada siapapun. Tanpa pandang suku, bangsa dan agama. Jangan sampai karena ada kebencian dan permusuhan kepada seseorang atau kaum (bangsa) menyebabkan tidak bisa berbuat adil. Seorang pemimpin harus bisa membedakan antara kepentingan pribadi dan bangsa. Seorang pemimpin harus memiliki sifat kasih sayang melebihi yang lainnya. Dengan begitu, ia akan mampu memimpin secara adil dan bijaksana. Sebab, sikap adil itu merupakan jalan menuju kepada ketakwaan.
Qs. Al Ma`idah (5): 8
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ
شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَئَانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا
تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ
ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ٨
“Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Keenam, bersikap lemah lembut, tidak bersikap keras dan berhati kasar. Lemah lembut merupakan sifat mulia yang wajib ditanamkan dalam diri setiap muslim. Dengan sifat ini Allah Swt meluluhkan hati manusia hingga menjadikannya lembut dan terbuka terhadap sesama. Hal itu dikarenakan manusia itu lebih condong kepada orang yang murah hati dan bersifat lembut kepada sesamanya. Sebaliknya, manusia cenderung akan menjauh dari orang yang kaku, tidak kenal belas kasihan, kasar, dan tidak baik hati terhadap sesamanya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan sifat kelemahlembutan ini. Baik lemah lembut terhadap diri sendiri ataupun terhadap sesama makhluk lainnya. Perilaku kasar, ceroboh, dan gegabah hanya akan mengakibatkan keburukan dan kerugian. Sebab keindahan dan kebaikan selalu bergandengan dengan sikap lemah lembut ini. Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ الرِفْقَ لَايَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ
شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ. (رواه مسلم(+
“Apabila sifat lemah lembut ada pada sesuatu niscaya ia akan menghiasinya, namun apabila sifat itu dicabut dari sesuatu niscaya ia akan menodainya” (HR. Muslim, no. 6767).
Kelemahlembutan ibarat kunci bagi kebaikan dan keberuntungan. Sentuhan kelembutan sikap dapat meluluhkan hati orang lain, meluluhkan jiwa yang keras, dan menyadarkan hati pendengki akan kekeliruannya selama ini.
Qs. Ali ‘Imran (3): 159
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ
ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ
وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ
ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Kelembutan atau lemah lembut adalah salah satu akhlak mulia
yang di cintai Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
يَاعَائِشَةُ, إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ
كُليِهِ. (رواه البخارى (
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Maha Lembut, dan Dia mencintai kelembutan dalam setiap perkara” (HR. Bukhari No. 6927).
Orang yang perangainya kasar, kaku, dan tidak memiliki
kelembutan akan terhalang
dari banyak kebaikan.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhum bahwa Nabi Saw bersabda,
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ. (رواه المسلم(
“Barangsiapa dijauhkan dari kelemahlembutan berarti ia dijauhkan dari semua kebaikan” (HR. Muslim, No. 2592).
Sikap seperti itulah yang diajarkan oleh Allah Swt kepada semua
hamba -Nya. Jika sikap seperti itu bisa dikerjakan,
maka bertebaranlah kasih sayang Allah di muka bumi ini. Hal inilah yang harus kita lakukan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya. Segala perbuatan, yang bertentangan dengan perintah-Nya justru
akan menjauhkan diri seseorang dari kasih sayang-Nya. Allah adalah Tuhan
yang Maha Penyayang, karena itu Dia
akan menyayangi hamba-hamba-Nya yang suka menyayangi orang
lain. Dari Usamah
bin Zaid radhiyallahu ’anhu, bahwa Rasulullah Saw bersabda,
إنَّماَيَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ. (رواه البخارى و
المسلم(
“Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang memiliki sifat penyayang” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain disebutkan
bahwa orang yang suka menyayangi orang lain pasti akan disayangi Allah. Bahkan ia juga akan disayangi oleh
penduduk langit, yakni Malaikat. Dari Abdullah bin Amr
radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah
Saw bersabda,
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِي الأَرْضِ
يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ. (رواه ابو داود و ترومذى (
“Orang-orang yang menyayangi (orang lain) pasti disayangi Allah. Maka itu setiap penduduk bumi, niscaya engkau akan disayangi penghuni langit (para Malaikat).” (HR. Abu Dawud, No. 4941, At Tirmidzi, No. 1924).
Sebaliknya, apabila orang tidak
menyukai yang lain, maka Allah pun tidak akan
menyayangi dirinya. Diriwayatkan oleh Jarir bin Abdullah ia berkata :
Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ لَاَ يَرْحَمُ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ. (رواه
المسلم(
“Orang yang tidak menyayangi sesama manusia, Allah tidak akan menyayangi dirinya.” (HR. Muslim, No. 2319)
Seseorang yang tidak memiliki kasih sayang tidak akan
pernah disayangi. Betapa sengsara hidup seorang yang tidak menyayangi sesama manusia dan tidak disayangi
mereka. Rasulullah Saw bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَبَّلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اَلْحَسَنَ بْنَ عَلِّي وَعِنْدَهُ الأَقْرَعُ بْنُ حَابسٍ التَّمِيْمِيُّ
جَالِسً فَقَالَ الأَقْرَعُ : إِنَّ لِيْ عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ
مِنْهُمْ أَحَدًا. فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثُمُّ قَالَ : مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ. (رواه البخارى (
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium Hasan bin Ali sedangkan di sisi beliau ada Aqra’ bin Haabis at-Tamimiy lagi duduk, maka berkata Aqra’, “Saya mempunyai sepuluh orang anak tidak pernah saya mencium seorangpun di antara mereka”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kepada Aqra’ kemudian beliau bersabda: “Barangsiapa yang tidak penyayang pasti tidak akan disayang.” (HR. Bukhari, No. 5997).
Untuk itu, tidak ada pilihan lain bagi kita untuk mendapatkan kasih sayang Allah, maka kita juga harus menyayangi makhluk ciptaan-Nya yang lain. Jangan sampai kebencian, kecemburuan, iri hati menjuahkan diri kita dari berkasih sayang. Untuk itu, menjauhlah dari sikap dan perbuatan yang bertentangan dengan agama. Hindari permusuhan, pertikaian, perkelahian, maupun peperangan. Isi kehidupan ini dengan selalu berbuat baik. Tebarkan kasih sayang kepada sesama makhluk Allah (manusia, hewan dan tumbuhan). Karena dengan begitu, maka kasih sayang akan mudah di dapat dari sumber kasih sayang yang sebenarnya, yaitu Allah Swt Tuhan Semesta Alam. Semoga!
P ada Hari Kamis, 14 Agustus 2025 MAN 3 Balangan melaksanakan kegiatan HUT Pramuka ke-64. Bertempat di halaman madrasah, Apel HUT Pramuk...