MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Senin, 20 Agustus 2018

Tiga Lingkaran Setan

Pada suatu waktu, Guru kami memberikan sebuah pelajaran tentang kerohanian di sebuah Lembaga pendidikan kader dakwah. Kami menyebut guru kami itu dengan pimpinan. Karena Beliau yang memiliki Lembaga pendidikan itu dan menjadi pengajar rutin setiap malam rabu dengan materi kerohanian. Entah apa ‘Asbabun Nuzul’ atau ‘Asbabul Wurud’ nya sehingga materi itu bernama kerohanian. Padahal biasanya setiap pelajaran yang membahas tentang rohani dikaitkan dengan ilmu tasawuf. Atau sufistik. Dan kami pun tidak pernah juga bertanya atau pun membahasnya. Semuanya tenggelam dengan materi yang diajarkan dengan penuh kesejukan dan ketenangan, serta menggugah dan menggetarkan kalbu. Pimpinan memberikan pelajaran tentang kerohanian itu dengan sangat bagus. Selain menggugah jiwa, materi yang disampaikan beliau juga ilmiah. Baik kitab-kitab klasik maupun yang kontemporer dijadikan rujukan dalam setiap kali pembelajaran. Hal ini lebih memperdalam dan memperkaya wawasan keagamaan kami waktu masih menjadi ‘santri’ di Lembaga itu. Dan itu juga yang menjadi modal kuat bagi kami untuk meneruskan tongkat estafet dakwah kepada masyarakat.

Teringat, ketika pimpinan memberikan materi kerohanian, Beliau memaparkan tentang tiga lingkaran setan. Beliau mengatakan bahwa nama itu bukanlah sesuatu yang ilmiah. Dan tidak ada dalam kitab manapun. Itu merupakan istilah beliau saja untuk menggambarkan betapa dahsyatnya dampak dari ketiga lingkaran itu. Yaitu, MALAS, BODOH dan MISKIN. Pimpinan memberikan nama ketiga hal itu dengan lingkaran setan. Sebab, sangat susah untuk memulainya sehingga ketiga lingkaran itu menjadi momok bagi manusia. Orang menjadi malas, apakah karena boboh dan miskin. Atau, orang menjadi bodoh apakah disebabkan karena malas dan miskin. Atau pula, orang menjadi miskin apakah karena dia malas dan bodoh. Di bolak-balik ketiga macam itu tetap tidak memuaskan diri kita. Dari manapun mengawali tiga hal itu, tetap hasilnya adalah negatif. Dan itu merupakan sebuah penyakit yang diidap oleh kebanyakan manusia. Sehingga wajar, kalau pimpinan (guru) kami menyatakan bahwa tiga macam (Malas, Bodoh, Miskin) itu sebagai sebuah lingkaran setan. Mereka yang mempunyai salah satu karakter itu, apalagi sampai memiliki ketiganya, maka dia akan masuk ke dalam lingkaran itu. Dan kalau sudah masuk, maka akan sangat sulit keluar dari lingkaran itu. Orang yang masuk ke dalam lingkaran itu hidupnya akan celaka dan tidak akan mendapatkan kebahagian. Setan merupakan sebuah karakter dari kejahatan, kegelapan dan kesengsaraan. Setan akan terus menggoda manusia sampai manusia itu juga menjadi setan.

Malas, bodoh dan miskin merupakan suatu penyakit rohani. Rasulullah Saw tidak menghendaki umatnya memiliki karakter seperti itu. Kalau ketiga hal itu ada pada diri seseorang, maka dunia akhirat tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Orang boleh saja malas, akan tetapi tidak menjadi bodoh. Orang boleh saja bodoh, akan tetapi jangan sampai menjadi malas. Orang boleh saja miskin, akan tetapi jangan sampai menjadi malas dan bodoh dan sebagainya. Malas, bodoh, dan miskin merupakan mata rantai yang saling berkaitan. Ketiganya merupakan senjata setan untuk bisa menjerumuskan manusia kepada kesengsaraan hidup baik didunia maupun diakhirat. Apalagi kalau ketiga hal itu dikaitkan dengan kehidupan beragama seseorang. Malas dalam menuntut ilmu dan beribadah kepada Allah Swt. Kemudian ditambah lagi dengan kebodohan yang dimilikinya. Ketidaktahuan terhadap agama menyebabkan seseorang tidak bisa menjalankan syariat yang telah diwajibkan kepadanya. Disebabkan hal itulah maka manusia selalu lalai dalam mengingat dan menjalankan perintah Allah Swt. Firman-Nya “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikanmu kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (Qs.63:9).

Selain malas dan bodoh, kemiskinan juga merupakan masalah yang cukup serius. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im yang menyatakan bahwa ‘Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran’. Walaupun ada yang menyatakan bahwa hadits ini adalah dlaif, akan tetapi bisa kita pegangi dalam kehidupan. Makna hadits ini sungguh jelas, dan sudah menjadi suatu fenomena di masyarakat kita. ketika kemiskinan melanda seseorang dan ditambah dengan keimanan yang dangkal. Tidak sedikit yang ‘membatalkan’ keimanannya. Murtad merupakan pilihannya untuk bisa merubah kehidupannya. Ini merupakan suatu hal yang sangat membahayakan. Karena itu, tidak salah kalau kemiskinan ini merupakan salah satu pintu oleh setan untuk menggoda seseorang agar tergelincir dan masuk ke dalam perangkapnya.

Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk selalu bekerja keras dalam kehidupan ini. Bukannya menunggu, rejeki itu harus dijemput. Jangan hanya berpangku tangan menunggu bantuan dan belas kasihan dari orang lain. Tidak pula bermalas-malasan dalam mencarinya. Semakin giat, rajin dan kerja keras, maka rejeki yang diharapkan akan kita dapatkan. Selain usaha, dalam mencari rejeki itu juga diperlukan pengetahuan untuk mendapatkan dan mengembangkannya. Apa gunanya kerjas keras kalau tidak mengetahui apa-apa (bodoh). Hasil yang didapatkan pun tidak akan maksimal. Karena itu, kerja keras juga harus dibarengi dengan kerja Cerdas. Kerja keras itu bagian dari otot, sedang kerja cerdas itu bagian dari otak. Ketika keduanya bersinergi, akan memberikan hasil yang kita inginkan dan bahkan bisa melebihi diluar dugaannya. Kalau hal itu bisa dilakukan, maka kemiskinan bisa dikikis dan mungkin saja bisa dihapuskan. Tergantung usaha dan komitmen dari setiap orang untuk berbuat yang terbaik untuk kehidupannya. Jika mau berhasil maka bekerja dengan sungguh-sungguh, cerdas dan ikhlas. Dengan demikian, maka ‘tiga lingkaran setan’ itu bisa hilang atau paling tidak berkurang dikalangan umat Islam. Sehingga Islam bisa jaya di kemudian hari nanti…semoga….

#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 20 Agustus 2018

Kamis, 16 Agustus 2018

Buah Kebaikan

Al kisah, ada seorang raja yang ingin mengetahui kebaikan dan ketaatan mereka kepadanya. Pada suatu hari, raja tersebut memerintahkan kepada beberapa prajuritnya untuk meletakkan sebuah batu besar di tengan jalan yang ramai dilalui orang banyak. Dengan harapan, mereka yang melewati jalan itu bisa memindahkan atau pun membuangnya ketempat lain agar tidak lagi menghalangi jalan. Ternyata, beragam sikap orang yang melewati tempat itu. Ada yang marah, mengumpat, kecewa, sedih, dan sebagainya. Dalam beberapa hari, batu itu tetap berada pada tempatnya. Tidak ada satu pun yang mau memindahnya dari tengah jalan. Bahkan ada penunggal kuda terjatuh tersandung batu itu, karena berkuda pada malam hari. Ia marah besar dan berkata ‘siapa yang menaruh batu besar ditengah jalan, bikin celaka orang saja’ dengan nada marah dan kesal. Setelah itu, ia meneruskan perjalanan menunggang kudanya. Ada juga seorang saudagar yang mau lewat jalan itu dengan kereta kudanya. Ia tidak bisa lewat karena hamper semua jalan tertutup batu. Padahal ia membawa dagangan untuk di jual di pasar. Hanya ada jalan itu yang bisa dilalui, ternyata tidak bisa. Sang saudagar marah sambal mengumpat, kenapa ada batu yang menghalagi jalan. Dia berpikir kalau tidak bisa lewat, maka dia tidak bisa berjualan sehingga tidak mendapatkan keuntungan dan justru kerugian yang didapatnya. Sang saudagar akhirnya berbalik arah pulang tanpa berbuat apa-apa untuk menyingkirkan batu itu.
Bagi yang berjalan kaki, mereka tidak masalah melewati jalan itu. Setiap saat hilir-mudik secara bergantian melewatinya. Anehnya, tidak ada yang berbuat untuk mengangkat atau pun mengalihkan batu itu. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Awal mula melihat batu itu ditengah jalan, semua marah, mengumpat dan tidak terima dengan adanya batu itu. Akan tetapi, setelah beberapa hari meliwati jalan itu, akhirnya mereka terbiasa. Tuh, masih bisa lewat walaupun menyisi jalan itu. Begitulah pikiran yang ada di benak mereka. Tidak ada inisiatif untuk membuang atau pun sekedar menggeser batu itu agar kereta maupun kuda bisa melewatinya.
Pada suatu hari, lewatlah seorang pengemis tua dengan pakaian lusuh. Ia merasa heran heran, kenapa ada batu besar di tengah jalan. Ia berpikir, kalau tidak di angkat atau digeser, maka batu itu akan menghalangi jalan. Bahkan lebih jauh, sang pengemis tua itu berpikir bahwa batu besar itu akan mencelakakan orang lain. Ketika malam hari, suasananya gelap para pengguna jalan akan tertabrak batu itu.  Begitulah pikir sang pengemis tua itu. Dengan tanpa pikir Panjang lagi, ia kemudian mencoba menggeser batu itu dengan sekuat tenaga. Tubuh tua rentanya dan dengan tenaga yang sedikit ngos-ngosan ia kerahkan agar bisa menggeser batu itu. Tanpa bantuan orang lain, akhirnya setelah sekian lama berusaha menggesernya, ternyata batu itu bisa tergeser sehingga tidak menggangu jalan lagi. Ada sebuah kejadian yang luar biasa dialami oleh pengemis tua itu. Ketika batu sudah tergeser, ternyata di bawah batu itu ada satu kotak kecil. Ketika kotak itu di buka, maka bertambah terkejutlah sang pengemis tua itu. Di dalam kotak itu ternyata isinya penuh dengan emas dan sebuah surat. Surat itu di tulis langsung oleh raja. Isi surat itu adalah ‘TERIMA KASIH TELAH MEMBANTU ORANG BANYAK. EMAS INI KUHADIAHKAN KEPADA ORANG YANG TELAH BERBUAT BAIK. Sang pengemis tua terharu dan tak sanggup menahan derai air matanya. Ia langsung sungkem bersujud kepada Allah Swt. Dengan terus berderai air mata, dalam sujudnya ia bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Swt dan juga kepada sang raja atas anugerah yang telah diterimanya.
Luar biasa! Apa yang yang diterima oleh sang pengemis tua itu. Kebaikan yang telah dilakukannya dengan tulus ternyata berbuah manis untuk hari tuanya. Ia tidak menyangka bahwa perbauatan yang dilakukannya mendapatkan balasan seperti itu. Kebanyakan orang menganggap bahwa perbuatan yang seperti itu adalah hal yang biasa. Terkadang mereka menganggap sepele. Padahal bagi Allah tidak ada perbuatan yang sepele itu. Besar dan kecilnya perbuatan baik itu yang mengukur adalah manusia. Allah Swt hanya memandang perbutan manusia dari keikhlasan dan ketulusannya. Ketika manusia berbuat baik dengan ikhlas dan hanya mengharap ridha-Nya, maka Dia akan membalas perbuatan itu dengan ganjaran pahala  yang berlipat ganda. Balasan yang diberikan Allah itu sungguh tak di sangka oleh manusia dan Dia juga akan memberikan jalan keluar yang baik terhadap segala persoalan yang di hadapi manusia. Firman-Nya ‘Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu’ (Qs.65:2-3).
Dalam cerita di atas, bisa dilihat bagaimana karakter (sifat) manusia dalam menyikapi kebaikan. Ketika raja menaruh batu besar di tengah jalan sehingga menghalangi pengguna jalan. Banyak yang marah, mengumpat, tidak mengacuhkannya, sibuk dengan urusannya, santai melihatnya, dan sebagainya. Dalam beberapa hari, tidak ada yang punya inisiatif untuk menjauhkan batu itu dari jalan. Padahal ada yang tiap hari lewat di jalan itu. Tuh, mereka berpikir masih bisa lewat sehingga tidak perlu menggesernya. Dan ada juga yang berpikir, bahwa nanti ada orang lain yang akan membuang batu itu. Raja yang menaruh batu dan kotak emas, pengguna jalan dengan berbagai karakter dan tingkat kesibukannya serta pengemis tua dalam cerita tersebut merupakan gambaran kehidupan kita.
Dalam kehidupan bermasyarakat kepedulian merupakan sumber kebaikan. Dengan sikap peduli akan muncul niat untuk membantu orang lain. Ketika rasa peduli ini telah pudar, apalagi sampai hilang pada diri sesorang, maka rasa belas kasihan juga akan hilang. Ketika melihat orang yang perlu bantuan, misalnya orang sakit, tua, fakir dan miskin, kebakaran, banjir, anak yatim, dan sebagainya akan biasa-biasa saja. Tidak ada usaha untuk membantu padahal dia mampu. Orang seperti itu kepeduliannnya telah hilang pada dirinya.
Tiga karakter itu merupakan simbol dalam kehidupan di masyarakat. Bisa saja, kita merupakan salah satu dari ke tiga karakter di cerita itu. Orang yang memiliki kelebihan, baik dari segir kekuasaan maupun harta benda merupakan simbol raja. Setiap orang yang mempunyai kelebihan hendaklah dia gunakan untuk berbuat kebaikan sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Saling memberi dan peduli terhadap penderitaan orang lain merupakan kebaikan yang sangat mulia. Allah Swt menyuruh hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan (Qs.2:148). Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya (Qs.6:160). Sebab, kebaikan yang kita kerjakan untuk diri kita sendiri dan akan mendapatkan pahala disisi Allah Swt (Qs.2:110). Bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan (Qs.11:115). Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (Qs.3:148). Allah akan memberikan balasan berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya (Qs.5:85).
Banyak diantara kita yang tidak peduli dengan penderitaan orang disekitarnya. Padahal, dia sebenarnya mampu untuk menolong dan berbuat baik kepada mereka. Terkadang cenderung menyalahkan orang lain. Dalam cerita diatas, banyak yang menderita dan merasa tidak nyaman dengan adanya batu besar yang menghalangi jalanan. Mereka menggerutu, memaki, menyumpah serapah dengan kata-kata kotor. Akan tetapi tidak mau berbuat baik untuk menggeser dari tempatnya. Sikap seperti itu banyak kita jumpai disekeliling kita. Mereka maunya duduk santai sambil ngobrol minum kopi (atau minuman lainnya) ditemani camelan, sementara orang lain bersusah payah berbuat untuk kepentingan orang banyak. Akan tetapi, ketika sudah beres persoalannya maunya pengin disebut sebagai pahlawan. Sikap seperti ini bisa jadi ada pada diri kita. Atau pun orang-orang disekeliling kita. Rasa peduli sebagai sesama manusia mulai pudar. Dalam benaknya masih ada orang lain yang mau membantu, sehingga dia tidak perlu turun tangan. Belum lagi, sikap saling salah-menyalahkan. Seolah-olah dirinya yang paling benar. Saling suruh-menyuruh sehingga persoalannya tidak selesai-selesai.
Jadilah seperti pengemis dalam cerita di atas. Bukan pekerjaannya, akan tetapi sikap mulia yang dilakukannya. Dia melihat bahwa batu besar itu kalau dibiarkan akan menggangu orang banyak. Dengan tulus ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun, maka dia berusaha sekuat tenaga untuk menggesernya. Berhasil! Orang lain menjadi senang, gembira dan bahagia. Banyak ucapan terima kasih kepadanya. Akan tetapi yang mencengangkan adalah dia menemukan kotak berisi emas. Begitulah, buah dari perbuatan baiknya. Banyak orang tidak menyangka bahwa dibawah batu besar itu ada kotak berisi emas. Seandainya, raja memberitahu bahwa dibawahnya ada emas. Maka bisa dipastikan mereka akan berlomba-lomba untuk menggeser batu itu. Bahkan, karena saling berebut bisa menjadi perkelahian, pertikaian dan bahkan saling bunuh-membunuh. Naudzubillah.
Begitulah Allah Swt memberikan balasan kepada manusia yang selalu berbuat baik. Kita harus yakin, sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Karena itu jangan sampai kita malas apalagi cuek untuk berbuat baik. Tidak ada yang sia-sia dalam pandangan Allah Swt. Firman-Nya “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (Qs.99:7-8). Di dalam Al-qur`an Allah menyatakan bahwa Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya (Qs.6:160). Rasulullah Saw juga bersabda “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kejelekan-kejelekan, kemudian menerangkan hal tersebut. Maka barangsiapa yang ingin melakukan suatu kebaikan akan tetapi ia tidak melaksanakannya, Allah menulis disisi-Nya sebagai suatu kebaikan yang sempurna. Jika ia ingin melakukannya dan kemudian melaksanakannya, maka Allah menulis disisi-Nya dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat hingga berlipat-lipat lagi. Dan barangsiapa yang ingin melakukan sebuah kejelekan dan tidak melakukannya, Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu kebajikan yang sempurna. Dan jika ia ingin melaksanakannya kemudia ia benar melakukannya, maka Allah menulis di sisi-Nya sebagai satu kejahatan” (HR. Bukhari pada kitab ke-81 Kitab Kehalusan Hati, Bab ke-31 Bab orang yang berniat Ingin Melakukan Kebaikan dan Kejahatan).
Dengan begitu, Allah Swt pasti membalas kebaikan yang kita lakukan. Kalau tidak di dunia ini pasti akan didapatkanya di akhirat kelak. Allah Swt menyatakan bahwa “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Qs.55:60-61). Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan kebaikan baginya (Qs.42:23). Barangsiapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri. Mereka kekal di dalam Neraka Jahanam (Qs.23:102-103). Wahai orang-orang yang beriman, Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu. Dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung (Qs.22:77). Maka dari itu, mulai sekarang marilah kita selalu menebarkan kebaikan kepada siapa pun. Kalau tidak bisa berbuat baik yang besar, maka mulailah dari hal yang kecil-kecil. Selama kita mampu maka teruslah berbuat kebaikan. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt. Janji Allah pasti akan ditepati-Nya. Kita akan mendapatkan buah yang manis lagi lezat dari kebaikan yang telah dilakukan. Semoga….
#Menyebarluaskan Kebaikan#
Paringin, 16 Agustus 2018

Popular