MENYEBARLUASKAN KEBAIKAN

Web ini Kumpulan tulisan kajian keagamaan yang menarik berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Selain tulisan, Web juga berisi berita menarik seputar Madrasah, Video Tiktok dan Youtube yang baik untuk ditonton. Ikuti terus kajiannya, jangan sampai terlewatkan. Baca semua tulisannya. Semoga mendapatkan kebaikan. Amin

Sabtu, 17 November 2018

Hikmah

Dikisahkan suatu hari Luqmanul Hakim mengajak anaknya pergi ke pasar dengan membawa seekor keledai. Maka berangkatlah mereka pergi kepasar yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka.

Anaknya menunggang keledai dan Lukmanul Hakim berjalan kaki. Pada saat melewati sebuah perkampungan, orang-orang berkomentar, “Dasar anak durhaka, kamu enak-enakan duduk di punggung keledai sementara ayahmu yang sudah tua berjalan kaki. Mestinya kamu yang berjalan kaki dan ayahmu  menunggang keledai itu!” Si anak lalu turun dan bertukar tempat dengan ayahnya.

Kini sang ayah berada di atas punggung keledai, sementara anaknya berjalan mengiringi keledai hingga melewati sebuah pemukiman lainnya. Lagi-lagi orang ramai berkomentar, “Kasihan anak itu, ayahnya asyik duduk santai di atas keledai, tapi anaknya yang masih kecil disuruhnya berjalan kaki, sungguh ayah yang tega.”

Mendengar komentar pedas itu, Luqman al Hakim lalu menyuruh anaknya naik ke atas punggung keledai berdua dengannya. “Mudah-mudahan tak ada lagi orang yang  mengomentari perbuatan kita setelah ini.” Ucap Lukman kepada anaknya.

Tapi ternyata komentar orang-orang belum selesai. Ketika Lukman dan anaknya melewati sebuah kampung, mereka malah diteriaki, “Hei kalian berdua ini sungguh terlalu dan tak berperikehewanan, keledai yang kecil dan kurus ini kalian tunggangi berdua?”

Akhirnya mereka berdua turun dari atas keledai dan mereka berjalan beriringan dengan keledai kesayangan mereka. Sudah begitu, merekapun masih dikomentari oleh orang banyak, “Coba perhatikan orang itu, alangkah bodohnya mereka! Punya keledai tapi tidak ditunggangi?”

Lukmanul Hakim dan anaknya saling berpandangan. Dengan nada kesal anaknya berkata, “Kalau gitu kita gotong saja keledai ini!” Lukman tersenyum melihat sikap anaknya. Lalu berujar, “Selalu ada hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa, tahukah kamu apa hikmah dari perjalanan kita ini?”

Hikmah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan kebijaksanaan (dari Allah), sakti atau kesaktian, arti atau makna yang dalam; manfaat. Menurut kamus Bahasa Arab, Hikmah berarti kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak), dan al-­Qur’anul karim.

Di dalam Al qur’an Allah Swt menyatakan bahwa hikmah itu bisa berarti kenabian. Firman-Nya “Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs.28:14). Hikmah berupa kenabian juga diberikan kepada Daud, firman-Nya “Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Qs. 38 :20). Hikmah kenabian juga diberikan kepada Luth, firman-Nya “dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik”. (Qs.21:74). Diberikan juga kepada Yahya, firman-Nya “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak”. (Qs.19:12). Kepada Yusuf, firman-Nya “Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Qs.12:22).

Selain itu, Hikmah juga berarti perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Firman-Nya Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs.16:125). Hikmah juga berarti sebuah kepahaman yang mendalam tentang Al Qur`an dan As Sunnah. Dan akan mendapatkan kebaikan yang yang banyak.  Firman-Nya “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Qs.2:269). Selain itu, hikmah juga bisa berarti sunnah Nabi (kebiasaan yang dilakukan Nabi setiap harinya, baik dirumah, dipasar, maupun dimasyarakat, bisa berupa perkataan, perbuatan, maupun persetujuan dan diamnya Nabi Saw). Firman-Nya “Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (Qs.33:34).

Di dalam Al Qur`an, Allah Swt menyatakan bahwa penciptaan langit dan bumi dan apapun yang ada diantara keduanya memiliki hikmah (pengajaran terhadap ilmu pengetahuan). Artinya, segala fenomena alam dan apapun yang terjadi di langit dan di bumi terdapat pelajaran yang sangat berharga bagi mereka yang mau belajar dan mempelajarinya. Firman-Nya Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Qs.38:27). Hikmah yang diberikan Allah Swt kepada manusia biasa (maksudnya bukan kenabian) merupakan sebuah pengetahuan yang mendalam terhadap setiap peristiwa ataupun kejadian yang menimpa dirinya maupun orang lain. Dia juga bisa mengambil pelajaran terhadap peristiwa alam yang terjadi disekitarnya maupun ditempat lain. Dengan begitu, dia menjadi tahu dan sadar tentang makna dan hakekat dari setiap peristiwa dan kejadian itu. Selain pemahaman dan hakekat yang diketahuinya, ia juga bisa menceritakan, menjelaskannya dan memberika pencerahan kepada orang lain. Dari situlah, makna hikmah itu bisa terungkap dan menjadi pembelajaran bagi mereka yang memahaminya.

Sering kali kita mendengar kata hikmah itu diucapkan. Setiap ada musibah maupun bencana yang menimpa seseorang maupun orang banyak, baik kecil maupun besar, seperti sakit, kecelakaan, kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, kematian dan sebagainya. Kata hikmah itu menjadi semacam penyejuk bagi mereka yang mendapatkan kesusahan hidup. Mereka akan berkata bahwa setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmah yang terkandung didalamnya, untuk itu bersabarlah dan ikhlaskan apa yang telah terjadi kepada mereka. Ucapan kata hikmah itu sebagai bentuk nasihat utuk bisa bersabar dan ikhlas menerima setiap musibah dan bencana yang menimpanya. Begitu juga dengan cerita Lukmanul Hakim itu, ketika memberi nasihat kepada anaknya. Dalam cerita itu, anaknya menjadi kesal karena semua perbuatan yang dilakukannya Bersama ayahnya selalu disalahkan oleh masyarakat yang melihatnya. Ketika anaknya menaiki keledai dan ayahnya berjalan mengiringinya dikatakan sebagai anak durhaka. Anaknya turun dan gantian ayahnya yang menaiki keledai dan ia berjalan disampingnya, juga dikatakan sebagai ayah yang tega terhadap anaknya sendiri dan mau menang dan enaknya sendiri saja. kemudian, keledai itu ditunggangi mereka berdua, juga salah. Mereka dikatakan sebagai orang yang tidak berkeprihewanan (menyakiti hewan). Mereka beralasan keledai yang kecil dan kurus justru ditunggangi berdua. Sampai-sampai mereka berdua turun dan menuntun keledai itu dengan anggapan tidak ada lagi menyalahkan mereka. Ternyata, caci maki masyarakat tidak selesai. Justru mereka berdua dikatakan sebagai orang bodoh. Punya keledai akan tetapi tidak ditunggangi.

Begitulah, dalam kehidupan di masyarakat. Terkadang sesuatu yang benar bisa disalahkan, dan yang salah pun bisa dibenarkan. Mereka cenderung melihat dari sudut luar kehidupan seseorang. Apa yang tampak dalam pandangan mereka, itulah yang menjadi dasar memberikan penilaian. Ketika sudah melihat sesuatu langsung mengambil kesimpulan dan mencibir serta mengatakan yang tidak baik. Sambil menuduh yang macam-macam. Dimanapun manusia itu berada, fitnah, adu domba (namimah), ghibah dan buruk sangka selalu ada dan terjadi ditengah masyarakat. Semua itu akibat adanya persaingan dan sifat buruk yang dimiliki seseorang seperti iri, dengki serta sombong. Mereka tidak suka terhadap nikmat yang dimiliki orang lain. Sehingga mau mengambil dan menghancurkannya. Sifat sombong dan mau menang sendiri, menjadikan mereka tidak mau disaingi sehingga cenderung meremehkan bahkan menghina orang lain. Tidak jarang terjadi konflik diantara mereka. Pertengkaran dan perkelahian bahkan pembunuhan bisa saja terjadi. Ibarat bom waktu yang setiap saat bisa meledak. Untuk itu dibutuhkan kesabaran bersikap dalam kehidupan bermasyarakat, dimanapun kita berada. Sikap sabar itu merupakan salah satu penolong didalam kehidupan ini agar terhindar dari permusuhan dan pertikaian. Allah Swt berfirman Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Qs.2:153). Di ayat lain juga dinyatakan bahwa Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”. (Qs.2:45).

Di ayat lain, Allah Swt menyatakan bahwa janganlah sesama muslim saling berbantah-bantahan, sehingga menyebabkan yang lain menjadi gentar dan takut serta menghilangkan kekuatan untuk berbuat kebaikan. Untuk itu Allah menyuruh untuk bersabar. Sebab Allah Swt beserta orang yang sabar. Firman-Nya “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Qs.8:46). Ketika seseorang dianiaya dan disakiti, Allah membolehkan untuk membalas dengan balasan yang sama dan tidak boleh berlebih-lebihan. Akan tetapi jika ia bisa bersabar, maka sikap seperti itulah yang paling baik. Firman-Nya “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (Qs.16:126). Untuk itu, Allah Swt meyatakan bahwa sebuah kecelakaan yang besar bagi setiap manusia apabila tidak bisa mengendalikan dirinya. Saling berbalas-balasan akan menimbulkan sikap benci dan dendam. Allah Swt telah memberikan jalan terbaik dalam kehidupan ini berupa sikap sabar. Allah Swt juga menyatakan bahwa pahala (kebaikan) yang diberikan kepada seseorang itu karena dia selalu bersabar didalam menjalankan kehidupan ini. Firman-Nya “Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar." (Qs.28:80).

Sabar merupakan sikap yang akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya dan juga bagi orang lain.  Firman-Nya Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (Qs.41:35). Allah menyatakan bahwa setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula. Firman-Nya Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Qs.55:60). Bahkan balasan kebaikan itu akan ditambahkan dengan kabaikan lagi. Firman-Nya “Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (Qs:42:23).

Dari sinilah, makna hikmah itu akan didapatkan. Dengan bersikap sabar, ia akan mengetahui makna yang terkandung di dalam setiap peristiwa dan kejadian yang dialaminya. Setelah itu muncul sikap bijaksana dalam menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, ketenangan dan kedamaian bisa menyeliputi dirinya. Pandangan hidupnya akan selalu tertuju kepada Allah Swt. Sang Pencipta dan sekaligus Sang Pemusnah segala kehidupan di alam semesta ini. Apapun yang menimpa dirinya dan orang lain, hati dan pandangannya selalu terpaut kepada Allah Swt. Baik dan buruk akibat peristiwa itu diserahkannya kepada Sang Khaliq. Dengan begitu jiwanya menjadi tenang. dan hatinya menjadi puas lagi mendapat Ridha Allah Swt. Maka masuklah kedalam hamba-Nya dan masuk kedalam surga-Nya. Firman-Nya Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku” (Qs.89:27-30). Semoga…..


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 17 Nopember 2018

Rabu, 31 Oktober 2018

Perjuangan

Perjuangan berasal dari kata juang. Artinya berlaga, memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi atau  berusaha sekuat tenaga; berusaha penuh dengan kesukaran dan bahaya. Ketika juang ditambah awalan per- dan akhiran -an menjadi perjuangan. Artinya perkelahian (merebut sesuatu); peperangan, usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya, salah satu wujud interaksi sosial, termasuk persaingan, pelanggaran, dan konflik.

Perjuangan selalu dianalogikan sebagai sebuah proses untuk menuju kemenangan. Setiap hal apapun yang memiliki proses yang baik dan maksimal akan berujung pada sebuah kemenangan atau kebahagiaan. Perjuangan memiliki sifat berkorban. Berkorban untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau sesuatu yang kita tuju. Karena dengan perjuangan yang diartikan sebagai proses menuju suatu tujuan akan sangat nikmat dirasakan ketika kita dapat memperoleh kebahagiaan atau kemenangan dalam menggapai tujuan tersebut. Hasil kegigihan dalam perjuangan, akan begitu nikmat dirasakan ketika kita tetap berkomitmen dan fokus dalam setiap perjuangan dengan tanpa kata mengeluh. Hal ini karena inti dari setiap perjuangan adalah pengorbanan. Perjuangan adalah sebuah proses menuju kedewasaan dan kehakikian hidup. Dengan perjuangan, tanpa disadari kita akan dengan mudah dan kuat untuk menjalani setiap masalah, ujian, dan cobaan dalam hidup. Dengan perjuangan pula kita mengetahui sekaligus mengukur kesalahan dan kelemahan diri kita.

Ketika sebuah negara dijajah oleh bangsa lain, maka perjuangan yang dilakukan merupakan upaya untuk membebaskan negaranya dari belenggu penjajahan tersebut. Berbagai usaha dilakukan untuk membebaskannya. Harta dan nyawa dikorbankan untuk bisa mengusir penjajah dari bumi kelahirannya. Pertempuran demi pertempuran terus dikobarkan untuk memerangi penjajah agar bisa meraih kemenangan. Banyak korban nyawa berjatuhan, dan tidak sedikit harta yang dikorbankan agar meraih kemenangan itu. Hal ini pernah dialami bangsa Indonesia, yang pernah di jajah oleh bangsa Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Bangsa Belanda merupakan penjajah yang paling lama + 3,5 abad. Selama dalam masa penjajahan tersebut. Banyak harta dan nyawa yang gugur membela bangsanya supaya menjadi merdeka. Selain itu, banyak juga negara-negara lain yang dijajah oleh bangsa lain. karena itu, setiap tahun selalu diperingati sebagai hari kemerdekaan. Hal ini dilakukan untuk memberikan pelajaran kepada generasi setelahnya bahwa betapa perih dan getirnya perjuangan para pahlawan yang gigih membela tanah airnya. Selain itu, sebagai wujud rasa sukur karena terbebas dari penjajahan dan berusaha mengisi kemerdekaan itu dengan hal-hal yang positif agar pembangunan bisa dinikmati oleh masyarakat.

Tidak hanya dalam suasana perang atau penjajahan saja seseorang berjuang. Atau ketika kehidupannya dalam kemiskinan dan penderitaan. Perjuangan itu dilakukan dalam semua lini kehidupan. Seorang ayah berjuang mencari nafkah untuk keluarganya. Siang dan malam memeras keringat supaya bisa membahagiakan anak dan isterinya. Seorang guru berjuang untuk mencerdaskan anak didiknya. Seorang murid juga berjuang belajar menuntut ilmu untuk masa depan yang lebih cerah dan baik. Seorang isteri berjuang menjaga rumah tangganya supaya tercipta kebahagiaan. Seorang anak berjuang untuk membahagiakan orang tuanya dengan belajar dan membantu mereka. Seorang pejabat atau penguasa berjuang untuk kesejahteraan dan kedamaian serta ketentraman rakyatnya. Seorang polisi, tantara dan petugas keamanan lainnya berjuang untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi orang lain. seorang pedagang juga berjuang memberikan pelayanan dan kejujuran dalam menjual produknya. Seorang pembantu juga berjuang memberikan pelayanan yang baik dan jujur dalam bekerja. Seorang juru parkir juga berjuang untuk menjaga mobil, sepeda motor dan lainnya diwilayah kerjanya supaya terhindar dari pencurian. Bahkan seorang pengemis atau gelandangan pun juga berjuang untuk mencari sesuap nasi agar bisa mempertahankan kehidupannya. Dan masih banyak lagi perjuangan yang dilakukan orang lain di dunia ini yang tidak bisa disebutkan dalam tulisan ini.

Agama Islam mengajarkan bahwa perjuangan itu merupakan Jihad di jalan Allah Swt. Jihad disini jangan ditafsirkan sebagai peperangan melawan musuh Islam. Jihad dalam bahasa Arab yang asal katanya jahada yang berarti ‘berjuang dan berusaha keras’. Artinya berjuang dan berusaha untuk menata masyrakat yang lebih baik dan bermartabat, seperti damai dan saling menghormati serta berusaha melawan penindasan dan kedzaliman, seperti pemerkosaan, pencurian, perampokan, penjualan manusia, dan korupsi. Selain itu, jihad merupakan sebuah usaha yang sungguh-sungguh (berjuang) untuk mempertahankan hidup, keluar dari kemiskinan dan kebodohan. Juga berjuang agar bisa menjadi yang terbaik sesuai dengan tuntunan agama Islam. Untuk itu, jihad merupakan tugas semua orang untuk bisa menata kehidupan ini agar lebih baik, damai dan sejahtera di semua lini. Jangan sampai, merusak tatanan kehidupan yang sudah baik. Firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan(Qs.5:35). “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(Qs.61:10-11).

Di dalam ayat itu, Allah Swt menyatakan bahwa berjuang (jihad) merupakan sebuah keberuntungan. Allah menggambarkan bahwa jihad itu merupakan sebuah perniagaan (perdagangan). Barangsiapa yang berjuang dengan harta dan segenap jiwanya dalam segala lini kehidupan ini dan juga sesuai dengan profesi yang dijalankannya untuk bisa mendekatkan diri kepada-Nya, maka mereka itulah yang akan mendapatkan keberuntungan dan terhindar dari azab yang pedih. Lebih jauh Allah Swt menyatakan bahwa orang yang menafkahkan hartanya merupakan bentuk jihad kepada-Nya. Dan diumpamakan dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, dan pada tiap-tiap bulir serratus biji. Itulah ganjaran (balasan) bagi mereka yang suka berjuang menafkahkan hartanya untuk kepentingan orang banyak. Firman-Nya (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui (Qs2:273). Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Qs.2:261).

Begitulah, gambaran bagi mereka yang selalu berjuang dijalan Allah Swt. Dia gunakan seluruh daya dan upayanya sesuai dengan bidangnya masing-masing untuk menciptakan sebuah kebaikan bagi orang lain. Banyak kelebihan yang Allah berikan kepada manusia. Semua itu harus dimanfaatkan untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Bagi mereka yang memiliki harta, digunakannya untuk mensejahterakan orang disekitarnya dan juga orang yang sangat membutuhkan bantuannya. Bagi yang memiliki kekuasaan, digunakannya untuk mengayomi, mensejahterakan serta memberi rasa aman, nyaman dan damai. Bagi yang memiliki kelebihan ilmu pengetahuan (cerdas), dia gunakan untuk berinovasi yag mendatangkan manfaat yang besar bagi orang lain, serta bisa mencerdaskan generasi penerus bangsa, dan sebagainya. Ketika mereka itu berjuang tanpa ragu dengan semua kemampuan yang dimilikinya, maka mereka itulah orang yang benar. Hal sesuai dengan firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (Qs.49:15).

Setiap perjuangan yang dilakukan, sebesar dan sekecil apapun itu, maka Allah Swt pasti mengetahuinya dan akan membalasnya dengan cukup dan tidak akan mendapat kerugian. Firman-Nya “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (Qs.8:60). “Dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena Allah akan memberi balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Qs.9:121).

Demikianlah Allah Swt memberikan gambaran terhadap perjuangan yang dilakukan setiap manusia di muka bumi ini. Berjuang (jihad) merupakan sebuah kewajiban yang harus dijalankan oleh semua orang. Siapapun dan apapun profesinya harus bisa berjuang untuk memperbaiki kehidupannya dan orang lain lain. Perjuangan yang dilakukan harus benar-benar bisa mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi diri dan orang lain. Tentunya, perjuangan yang dilakukan diniatkan hanya mengharap Rahmat, ampunan dan kasih sayangnya. Firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs.2:218). Untuk itu, bangkitlah dari tempat duduk kita untuk berjuang (jihad) dengan harta dan jiwa. Sebab Allah Swt menjanjikan pahala yang baik (surga) dan juga Allah Swt akan melebihkan dengan pahala yang besar kepada orang-orang yang berjuang atas mereka yang hanya berdiam diri dan berpangku tangan tanpa berbuat kebaikan pada orang lain. Firman-Nya “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar (Qs.4:95).

Untuk itu, berjihadlah (berjuang) dengan sungguh-sungguh sekuat tenaga, harta dan jiwa. Memberikan yang terbaik bagi diri dan orang lain. Perjuangan yang dilakukan tidak akan pernah sia-sia. Allah akan memberikan jalan kemudahan bagi mereka yang benar-benar berjuang dijalan-Nya. Allah tidak akan memberikan kesempitan kepada hamba-Nya yang benar-benar tulus, ikhlas dalam perjuangannya. Allah Swt menyatakan bahwa “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Qs.22:78). Dengan demikian, maka perjuangan yang dilakukan didalam lini kehidupan ini hendaklah diniatkan dengan tulus, ikhlas serta mengharap rahmat, ampunan dan kasih sayang-Nya. Dengan begitu, perjuangan yang kita lakukan tidak akan sia-sia dan selalu mendapat petunjuk agar perjuangan yang dilakukan mudah, lancar, berhasil serta memperoleh rida-Nya. Semoga…


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 31 Oktober 2018

Sabtu, 20 Oktober 2018

Kangen

Kangen adalah keinginan untuk bertemu atau rindu. Bisa juga berarti, perasaan rindu yang mendalam kepada seseorang atau sesuatu yang sudah lama tidak ditemui. Kangen merupakan suatu bentuk perasaan yang diluapkan dengan keinginan untuk melepas rindu. Keinginan untuk bertemu itu ada yang biasa saja dan ada juga yang menggebu-gebu. Perasaan kangen itu muncul karena sudah sekian lama tidak bertemu. Perasaan kangen itu muncul biasanya karena ada perasaan cinta. Baik cinta sebagai pasangan kekasih, suami-isteri, anak dan orang tua, maupun seorang sahabat. Bahkan seorang musuh pun bisa juga kangen terhadap lawannya. Karena selama dia ketemu, akan terjadi perkelahian. Ketika lama tidak berjumpa dan ketemu berakibat rindu untuk duel kembali.

Begitulah, rasa kangen itu pernah dialami oleh semua orang. Ketika orang yang disayangi atau dicintai berada jauh dari dirinya. Maka rasa kangen itu akan muncul dengan sendirinya. Rasa kangen itu bisa hilang dan juga bisa tidak hilang, kecuali kalau yang dirindukan bisa bertemu atau pun hanya bisa menerima suaranya saja melalui percakapan. Artinya, orang yang dikangenkan selamat dan sehat walafiat, maka hilanglah rasa kangen dihatinya. Untuk menghilangkan rasa kangen ketika tidak bertemu bisa bermacam-macam. Bisa saling berkirim tulisan, telepon, titip salam, melihat foto dan videonya, dan sebagainya. Kalau zaman sekarang sduah sangat mudah sekali. Walaupun jarak saling berjauhan, maka untuk melepas kangen dan rindu bisa dengan video call. Kedua pihak saling melihat dan bisa berbicara sepuasnya untuk saling berbagi kerinduan. Orang yang melepas kangen bisa saling kirim gambar dan video di aplikasi pertemanan (medsos). Setiap saat bisa saling menyapa dan berbicara dengan telepon dan video call. Artinya, rasa kangen bisa terobati walaupun tidak saling bertemu satu dengan yang lainnya.

Era teknologi informasi yang begitu pesatnya dewasa ini, membuat dunia menjadi ‘sempit’. Dimanapun keberadaan seseorang bisa dengan mudah dilacaknya. Seorang anak yang sedang menuntut ilmu di daerah lain ataupun dinegara lain. Bisa saling tegur sapa dengan teman-temannya didaerah asalnya. Dan bisa juga curhat tentang pribadinya dengan orang tuanya. Semua itu bisa dilakukan sambil berjalan, berbaring, belanja, nonton televisi, mall, tepi pantai, kolam renang, aula dan sebagainya. Silaturrahmi bisa dengan mudah dilakukan. Dengan siapapun dan dimanapun keberadaannya. Informasi dari belahan dunia bisa dinikmati dan disaksikan hanya didalam kamar. Sambil makan permen dan minum segelas kopi. Berita gempa bumi di Jepang, angin tornado di Amerika, perang di Timur Tengah, sepak bola di Eropa, wabah penyakit menular di benua Afrika, melelehnya es di Kutub Utara dan Selatan, dan sebagainya bisa dengan mudah dibaca, lihat dan tonton. Dunia sekarang ini dalam genggaman teknologi. Siapapun bisa mengaksesnya, tidak pandang tua ataupun muda serta anak-anak. Selama dia bisa menggunakan teknologi informasi itu dengan baik, maka bisa meraih semua yang diinginkannya.  

Begitu juga, dengan rasa kangen dan rindu. Silaturrahmi bisa dilakukan setiap saat. Melihat wajah dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari bisa disaksikan langsung. Kegiatan yang dilakukan bisa terpantau dengan baik. Akan tetapi, semua itu masih belum maksimal. Pertemuan dan komunikasi melalui medsos akan terasa ‘hambar’. Nilai cinta dan kasih-sayang, serta bentuk perhatian lainnya tidak mengobati rasa kangen. Silaturrahmi yang dilakukan melalui medsos tidak bisa menggantikan dengan bertemu langsung. Kangen akan terobati apabila bisa bertemu langsung. Bisa dengan tatap mata, berjabat tangan, serta pelukan erat dengan penuh cinta dan sayang. Dengan begitu, rasa hormat, haru, sedih, bahagia akan terluapkan dengan pertemuan itu. Sehingga, jalinan cinta kasih antara anak dan orang tua, suami-isteri, saudara, pasangan kekasih, sahabat, dan sebagainya akan tetap terjalin sampai akhir hayat mereka. Rasa kangen itu tumbuh karena ada rasa cinta yang mendalam kepada seseorang. Ketika cinta sudah terpatri di dalam dirinya, maka ketika mereka terpisahkan oleh jarak maupun tempat yang begitu jauh, sehingga tidak bisa lagi bertemu ataupun volume pertemuannya menjadi berkurang yang membuatnya menjadi kangen (rindu).

Rasa kangen merupakan sesuatu yang manusiawi. Sebab, kangen (rindu) itu merupakan sifat dasar yang dimiliki manusia. Artinya, semua manusia memilikinya dan pernah mengalami rasa kangen itu. Besar dan kecilnya rasa kangen itu tergantung rasa cintanya kepada sesuatu. Ojek yang dicintai itulah yang menyebabkan rasa kangen di dalam dirinya. Objeknya, bisa manusia (pria-wanita, tua-muda), binatang, perhiasan, tumbuhan, rumah, pekerjaan, mobil, handphone, bahkan karakter dan bentuk fisik. Ketika objek dikangenin itu merupakan yang baik, maka rasa kangen akan berbuah kebaikan pula. Begitu pula sebaiknya, ketika objeknya itu sesuatu yang buruk dan tidak baik, akan berbuah keburukan pula. Oleh sebab itu, semua objek yang dikangenin itu hendak selalu mengharap rida dari Allah Swt. Kangen yang muncul karena mengharap rida-Nya merupakan bentuk kerinduan yang tiada taranya. Allah Swt menyatakan bahwa "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs.3:31). Ketika seseorang hanya mencintai Allah semata, maka rasa kangen (rindu) untuk selalu berjumpa dan dekat kepada-Nya merupakan sesuatu yang mengasyikkan. Asyik dan masyuk akan terasa di jiwanya ketika dia bisa mendekat kepada-Nya. Setiap detik, menit, jam dalam sehari semalam terasa kangen yang sangat mendalam dirasakannya. Jiwanya selalu gelisah kalau tidak bisa berjumpa dengan-Nya. Ketika dia mendengar suara azan mendayu-dayu dikeheningan fajar. Mata yang sulit untuk dibuka. Tubuh yang letih dan lemah akibat aktivitas menambah berat beban untuk bangun diwaktu itu. Terbayang air yang dingin ketika membasahi muka, kepala, tangan, telinga dan kaki. Dengan rasa kangen yang mendalam untuk bisa ‘bertemu’ dengan-Nya, mengalahkan semuanya itu. Dia bangun, dan mengambil air wudhu kemudian tersungkur sujud dihadapan-Nya. Subhanallah…Alhamdulilla…Allahu Akbar…

Allah Swt menyatakan Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Qs.18:28). Di dalam ayat itu, Allah menyatakan kepada hamba-Nya untuk bersabar ketika mengharap rida-Nya. Kerinduan untuk ‘bertemu’ di waktu pagi dan senja (petang) akan didapatkan tanpa melalaikan dan menuruti hawa nafsunya. Karena kedua itu merupakan perbuatan yang melampaui batas. Allah Swt menyatakan bahwa Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya (Qs.18:110). Di ayat ini lebih jelas disebutkan bahwa rasa kangen (rindu) itu akan terobati hingga bisa ‘bertemu’ dengan-Nya, yakni dengan mengerjakan kebaikan (amal saleh) dan tidak berlaku syirik (mensekutukan-Nya dengan yang lain). selain itu, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs.2:218). Orang-orang yang beriman, berhijrah (dari keburukan kepada kebaikan) serta berjihad (berjuang untuk membela dan menegakkan agama-Nya di setiap kesempatan) akan mendapatkan ampunan dan kasih sayang Allah Swt.

Di ayat lain juga disebutkan “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu (Qs.13:22-24). Di ayat ini juga disebutkan, obat untuk menghilangkan kangen kepada-Nya dengan sabar. Kemudian mendirikan shalat, dan berinfaq (sedekah) baik disaat lapang maupun sempit, menolak kejahatan dengan berbuat kebaikan. Ketika semua itu bisa dilakukan, maka janji Allah pasti akan ditepati-Nya. ‘Perjumpaan’ dengan-Nya akan terwujud dengan mendapatkan tempat yang sudah dipersiapkan-Nya, yakni surga ‘Adn. Yang merupakan tempat yang baik lagi indah sebagai balasan bagi mereka yang selalu merindukan agar bisa ‘bertemu’ dengan-Nya. Dengan begitu, Allah menyatakan bahwa Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs.29:5). Ya benar! Pertemuan itu pasti akan datang. Rasa kangen akan segera terobati. Karena itu bersabarlah dengan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Berbuatlah kebaikan sebanyak mungkin, dan tinggalkan perbuatan buruk sekecil apapun. Dengan begitu, waktu ‘pertemuan’ sebagai Pelepas kangen itu akan didapatkannya kapanpun dan dimanapun dia berada. Semoga….


#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 20 Oktober 2018

Popular