Dewasa
ini, Valentine Day nampaknya sudah menjadi bagian hidup remaja modern. Tanggal
14 Februari diperingati sebagai hari
Valentine Day dianggap hari yang sakral untuk mengungkapkan rasa kasih sayang
sepenuh hati kepada orang-orang yang dicintai. Sebagai ungkapan kasih sayang
itu, berbagai atribut yang bergambar hati mulai dari gantungan kunci, kado,
kartu ucapan hingga kue-kue marak dipasaran, mall, hotel, villa dan sebagainya.
Menurut
Abu Al-Ghifari (2005:406), Valentine Day ini tak lebih dari hari pelacuran yang
terselubung. Di hari itu pasangan muda-mudi yang tengah kerajingan cinta saling
mengungkapkan cinta, bermesraan, dan suka cita ditempat-tempat romantis yang telah
mereka persiapkan. Di hari itulah sang pacar harus rela menyerahkan tanda cinta
termasuk ‘keperawanannya’ demi kasih sayang yang langgeng.
Valentine
Day sudah menyimpang dari makna kasih sayang. Sebuah penyesatan bagi remaja
modern, seolah-olah kasih sayang hanya tertumpah dalam satu hari dan hari-hari
berikutnya boleh berbuat sekehendak hati saja. Apalagi dengan memperhatikan
cara-cara remaja merayakannya sungguh jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Menelusuri
asal mula Valentine Day, ternyata bukanlah berasal dari ajaran Islam, melainkan
perayaan dari agama lain, yakni Nasrani. Valentine’s
Day merupakan sebuah perayaan untuk menghormati sang tokoh, St. Valentinus.
Valentinus adalah adalah seorang martyr
(dalam Islam disebut Syuhada), yang
karena pengorbanannya dalam menyebarkan ajaran Kristiani diberi gelar saint atau santo/santa, yang berarti orang suci. Santo Valentinus sangat
peduli pada orang miskin dan menderita. Itulah yang menyebabkannya mendapatkan
simpati dari orang miskin. Ajaran kasih sayangnya membuat orang-orang Romawi
berbondong-bondong minta dibaptis.
Pada
tangga 14 Februari 270 M, St. Valentinus dipenggal kepalanya karena pertentangannya
dengan Raja Romawi yang dipimpin Raja Cladius II (268-270 M). Untuk
mengagungkan Valentinus –yang dijadikan simbol ketabahan, keberanian, dan
kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup–
para pengikutnya memperingati kematian St. Valentinus sebagai upacara
keagamaan.
Melihat
dari segi historis Valentine Day dan fenomena remaja yang terlalu berlebihan
dalam merayakannya, tentunya hati kita akan miris melihatnya. Sebagai seorang
muslim, tidak sepantasnya kita menjadikan tanggal 14 Pebruari sebagai hari
berkasih sayang, apalagi sampai dibungkus dengan ‘sex bebas’ dikalangan remaja
kita.
Untuk
bisa menangkal semua itu diperlukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, yaitu
manusia yang mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang tinggi.Keimanan dan
ketaqwaan ini merupakan fondasi utama dalam keyakinan beragama. Hanya, dalam
teknis penerapannya yang sangat utama lebih kita dahulukan adalah sikap
keteladanan.
Bila
kita perhatikan dalam kehidupan dunia modern seperti sekarang ini, kita melihat
banyak terjadi krisis keteladanan, kharisma, atau wibawa, baik dalam rumah
tangga, dalam masyarakat sekitar kita, maupun dalam lingkungan tempat kita
bekerja. Bila kita telah kehilangan wibawa, kharisma telah lenyap, dan
keteladanan sudah tidak ada, akibatnya apa yang kita sampaikan cuma di dengar
oleh telinga saja, sedangkan hati mereka tidak menerimanya, ucapan kita hanya
melintas di telinga mereka karena yang kita sampaikan pun sebatas ucapan saja.
Karena itu kita harus mampu mencontoh Rasulullah Saw di dalam segala aspek
kehidupan kita ini. Beliau adalah orang yang paling mulia, yang patut kita
teladani di muka bumi ini, karena sesungguhnya dalam diri Rasulullah telah
menyatu antara apa yang Beliau ucapkan dengan apa yang Beliau lakukan. Beliau
memang sangat patut kita jadikan suri teladan yang terbaik di muka bumi ini.
Allah Swt berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 21-22 yang artinya :
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat
golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka Berkata : "Inilah yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". dan benarlah Allah dan
Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman
dan ketundukan”. (Qs. Al-Ahzab : 21-22).
Pada
ayat di atas Allah Swt menyatakan bahwa kehadiran Nabi Muhammad Saw di muka
bumi ini adalah untuk meluruskan umat manusia agar selalu berlaku baik kepada
Yang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt, berlaku baik kepada sesama manusia dan
berlaku baik terhadap semua makhluk ciptaan Allah lainnya yang tersebar di muka
bumi ini, sehingga dengan kehadiran Rasulullah umat manusia ini didalam
hidupnya selalu di warnai dengan budi pekerti yang luhur atau moral agama yang
berdasarkan wahyu Allah, yaitu Al-Qur`an yang telah disampaikan kepada Beliau. Dengan demikian
kehadiran Nabi Muhammad Saw adalah benar-benar suatu rahmat tersendiri bagi
kehidupan makhluk apapun di muka bumi ini, khususnya manusia karena Beliau
telah membawa perubahan di dalam segi kehidupan manusia menuju kepada kebaikan
yang di ridhai oleh Allah swt.
Dalam
Islam, makna kasih sayang itu adalah hal yang universal. Hal ini berkaitan
dengan sifat rahman dan Rahim Tuhan kepada hamba-Nya. Setiap
umat Islam tidak harus menjadikan hari, minggu, bulan atau tahun dalam
merayakan kasih sayang. Setiap saat kita bisa memberikan kasih sayang tersebut
kepada semua makhluk tuhan di muka bumi ini.
Kehidupan yang paling ideal pada masa kini dan yang akan datang
ialah jika kekuatan iman dan taqwa, yang dilandasi dengan akhlak yang baik
dalam pribadi manusia dan masyarakatnya akan mampu menjadi pengendali,
penyeleksi, dan penyaring (filter) dari segala unsur kemajuan yang datang dari
luar maupun dalam negeri sendiri yang nantinya dapat merusak mental dan moral
masyarakat, terlebih lagi generasi-generasi muda kita.
Oleh karena itu, perilaku kehidupan manusia dalam berbagai aspek
pada umumnya didasari oleh nilai-nilai atau norma yang dianutnya, baik itu
agama ataupun nilai budaya. Sepanjang perjalanan waktu, sesuai dengan ciri
kehidupan, sangat mungkin terjadi perubahan-perubahan atau pergeseran nilai
yang bisa saja memacu kepada kemajuan maupun menarik kepada kemunduran sikap
dan tingkah laku. Juga telah terjadi pergeseran nilai-nilai dan dirasakan oleh
banyak orang. Apa yang terjadi waktu dulu sudah berbeda dengan saat, misalnya
hubungan anak dengan orang tua saja. Dahulu anak sangat hormat pada orang tua,
merasa segan bahkan takut mendekat kepadanya. Apa yang dikatakan orang tua
diikuti dan dipatuhi. Sekarang sudah tidak begitu lagi, banyak anak sekarang
sudah tidak sopan santun lagi, berani kepada orang tua.
Faktor penggerak yang paling kuat mempengaruhi nilai tersebut
adalah adanya pengaruh dari luar yang dibawa oleh Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi modern. IPTEK modern mendatangkan barang-barang kebutuhan hidup yang
dulu tidak ada. Kita tidak mengingkari bahwa kemajuan iptek modern memberikan
dampak pergeseran nilai positif memang ada, tetapi yang negatif bertebaran
dimana-mana dan sulit untuk membendungnya. Karena itu mari kita lihat kembali
sosok teladan kita, panutan manusia, rahmat semesta alam yaitu Rasulullah Saw,
akhlak atau etika yang telah diajarkan Beliau kepada kita harus kita amalkan.
Kita sekarang sudah jauh melenceng dari ajaran Beliau, yaitu Al-Qur`an dan
Hadits, sehingga dalam kehidupan modern sekarang ini kita dengan mudahnya
terbawa arus negatif dari globalisasi dengan mengabaikan nilai-nilai agama.
Hubungan anak dengan orang tua, hubungan bersaudara, berteman, dan
bermasyarakat kini menjadi renggang. Pertikaian, pembunuhan, perampokan dan
tindakan sadis lainnya sering kita dengar, sehingga rasa kasih sayang kita
mulai lenyap. Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kita agar selalu berkasih
sayang kepada siapapun dan apapun di muka bumi ini, kita harus bisa
meneladaninya dan menjadi seorang penebar kasih sayang seperti Beliau.
Dalam hadis lain Nabi SAW bersabda: "Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang
dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota
dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota
tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak boleh tidur) dan demam (panas
dingin)." (HR. Muslim).
Bahkan dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi melalui Anas
ra. Nabi SAW bersabda : "Tidak akan
masuk syurga kecuali orang yang penyayang."
Jadi jelas bahwa yang masuk surga itu hanyalah orang-orang yang
mempunyai rasa kasih sayang yang tanpa dibayangi dengan niat-niat jahat.
Makna kasih sayang tidaklah berujung, sedangkan rasa kasih sayang
adalah sebuah fitrah yang mesti direalisasikan terhadap sesama manusia
sepanjang kehidupan di dunia ini ada. Ini berarti bahwa Islam tidak mengenal
waktu, jarak dan tempat akan sebuah kasih sayang baik terhadap teman, sahabat,
kerabat, dan keluarganya sendiri. Karena itu tidak layak orang Islam
ikut-ikutan menjadikan Valentine Day sebagai hari kasih sayang.
Islam
adalah agama kasih sayang. Rasululullah Saw sebagai suri tauladan umat di muka
bumi ini telah mengajarkan kepada kita bagaimana menjalankan kasih sayang itu
kepada sesama manusia. Di lihat dari segi pandangan Islam, umat manusia yang
dibudayakan melalui ajaran agama yang penuh dengan nilai-nilai etik dan moral,
perubahan sosial beserta nilai-nilainya adalah merupakan misi sentralnya agama.
Agama Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw adalah untuk mengubah
pandangan dan prilaku hidup manusia yang telah menyimpang dari garis-garis
normatif dan aqidah yang bersumber keimanan kepada Allah Swt. Perubahan sikap
dan pandangan hidup demikian menjadi sumber kekuatan mental untuk membebaskan
diri dari kebodohan, kemiskinan lahiriah dan batiniyah, serta keterbelakangan
kehidupan mental dan fisik materiil.
#Mari Sebarkan Kebaikan#
Paringin, 12 Februari 2019